Minggu, 29 Januari 2012

Identifikasi Shampo dan Warna

A.  Definisi : Shampo adalah kosmetik yang digunakan untuk membersihkan rambut. Shampo haruslah dapat membersihkan minyak dan kotoran dari rambut, mudah dibilas, serta membuat rambut mudah diatur, fleksibel dan berkilau.
B.  Bahan – bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan shampo beserta fungsi, meliputi :
1.       1. Surfaktan
§  Bahan utama dalam komposisi shampo. Konsentrasi antara 10-50%.
§  Fungsi untuk pembersih dan pembuat busa.
§  Ada 4 jenis surfaktan yang digunakan, yaitu :
1.       Surfaktan anionik
Paling banyak digunakan karena murah dan memiliki daya pembersih yang kuat, bahkan dalam air sadah sekalipun. Contohnya sodium lauril sulfat, trietanol lauril sulfat, paraffin sulfona, alkil benzil sulfonat.
1.       Surfaktan kationik
Memiliki daya pembersih yang kurang. Penggunaannya jangan dicampur dengan surfaktan anionik karena membuatnya menjadi tidak aktif. Contohnya dietilaminoetil-oleil-amida asetat, garam amonium sederhana, senyawa amonium kuartener, aminoamida, dan imidazolin.
1.       Surfaktan nonionik
Umumnya tidak digunakan tunggal karena busanya sedikit dan harganya mahal. Contohnya asam lemak monodietanolamid, sorbitan monolaurat, eter poligliseril, ester sorbitol.
1.       Surfaktan amfoterik
Memiliki daya pembersih dan desinfektan yag baik. Umumnya dikombinasi dengan surfaktan  anionik. Surfaktan amfoterik merupakan bahan dasar yang sempurna untuk shampo. Contohnya trietanolamin-lauril-beta-amino propionat, sodium-lauril-beta-amino propionat, dan turunan asparagin.

1.       2. Bahan conditioning rambut dan kulit kepala, contoh lanolin setil alkohol, lesitin oleil alkohol.
§  untuk memberi lapisan di rambut sehingga membuatnya lebih tebal, halus, lembut, mudah disisir, dan membuat rambut tidak kaku, juga memperkuat kutikula rambut.
1.       3. Bahan pencemerlang rambut, contohnya fatty alkohol, stearil alkohol.
2.      4. Bahan pembentuk dan penstabil busa, contohnya amidan dan asam lemak.
3.      5. Bahanpengental, contohnya gom dan metil selulosa
§  berfungsi untuk menambah kekentalan shampo (berpengaruh pada kestabilan shampo).
1.       6. Bahan pelarut surfaktan, contohnya alkohol, gliserol, glikol
§  Digunakan untuk mencegah shampo seperti awan.
1.       7. Sequestering agent, contoh EDTA (organik) dan polifosfat (anorganik)
§  Sequeatering agent adalah bahan pengikat ion Ca, Mg dan lain – lain yang mungkin ada dalam air sadah sehingga ion tersebut tidak mengendap.
1.       8. Bahan pendispersi garam – garam kalsium
§  Untuk mencegah pengendapan garam kalsium yang menyebabkan rambut menjadi lengket.
§  Contohnya produk kondensasi asam lemak alil amin, polioksietilen alkil fenol, dan produk kondensasi etilen oksida nonionik.
1.       9. Bahan obat
Antidandruff       : Selenium sulfida 1 – 2,5%, zink pyrithone, asam α-hidroksi.
Sunscreen : oktil salisilat, PABA
1.       10. Opacyfing agent atau clarifying agent
§  Membuat sediaan shampo terlihat jernih dan bagus.
§  Contohnya : alkanolamid dari asam lemak tinggi (stearat), glikolmono dan distearat, lemak alkohol (setil, stearil), emulsi vinil polimer dan lateks, garam – garam tidak larut, ZnO dan TiO2, MgAl silikat.
1.       11. Stabilizer
§  Menstabilkan sediaan shampo yang kebanyakan berupa emulsi.
1.       12. Acid
§  Mengatur keasaman ( pH) shampo, biasanya berkisar 6,5 – 7,6.
1.       13. Bahan pengawet, contoh formaldehid, asam sorbat, nipagin, nipasol
§  untuk menekan pertumbuhan bakteri dan jamur dalam shampo.
1.       14. Parfum dan bahan pewarna.
C. Pengolongan shampo
Macam
Penggolongan
Macam shampo
Keterangan
Bentuk shampo
Shampo larutan murni
Formulasi mudah dan menghasilkan busa.
Mengandung 1 zat aktif seperti TEA lauril sulfat (30-33%) atau lauril eter sulfat
Liquid cream/lotion shampo
Sangat lembut karena mengandung emolient.
Mengandung glikol stearat untuk membentuk krim, atau bahan aktif tambahan seperti telur, susu, minyak kelapa.
Solid cream dan gel shampo
Mengandung pasta sodium lauril sulfat atau zat aktif lain yang kelarutannya rendah pada suhu kamar dan dapat meningkat pada suhu beberapa derajat diatas suhu kamar.
konsistensi tergantung pada massa kristal yang pada air hangat dapat larut sehingga konsistensinya hilang dan shampo dapat mengalir.
Oil shampo
Kurang berbusa, namun efektif menghilangkan kotoran dan minyak
Megandung minyak sulfonat (76%) yang terbuat dari minyak- minyak (castor oil dan olive oil) yang direaksikan dengan asam sulfonat atau agent – agent sulfonasi lainnya pada suhu tinggi, kemudian dinetralkan kembali dengan alkali
Powder Shampo
Jarang digunakan à merusak rambut.
Mengandung bahan aktif yang mudah larut dan higroskopis, biasanya Na dan Mg lauril sulfat, dan sebagai diluentnya digunakan Na pirosfosfat/sulfat/bikarbonat.
Aerosol Shampo
Menggunakan bahan yang biasa digunakan untuk clear liquid shampo yang memiliki viksositas rendah sehingga mudah dicampur dengan propellan.
Dry Shampo
Berbentuk bubuk yang dapat mengabsorbsi lemak dan kotoran.
Mengandung campuran absorbent seperti amilum boraks silica.
Cara penggunaannya à  menaburkan bubuk shampo di rambut, dibiarkan 10 menit kemudian rambut disikat
Fungsi shampo
Conditioning shampo
Untuk membersihkan rambut, membuat rambut lebih mudah diatur, terasa dan terlihat indah, melembutkan dan memudahkan pengaturan rambut.
Baby shampo
Mengandung zat yang tidak mengiritasi mata, kulit, saluran pencernaan. Sistem surfaktan yang digunakan adalah yang lembut, seperti surfaktan nonionic dan amfoterik.
Antiandruff Shampo dan Medicated Shampo
Ditambahkan germisida seperti surfaktan ammonium kuartener, timol, fenol klorinat, dan pelembut untuk aktivitas antimikroorganisme
Acid-Balanced Shampo
Shampo dengan pH rendah untuk meminimalisir kerusakan kulit kepala. pH asam ini cenderung merusak kestabilan surfaktan dan viskositas shampo à diatasi dengan menggunakan surfaktan yang tidak dipengaruhi pH antara 5-7 atau dengan membuat perpaduan surfaktan. Biasanya digunakan surfaktan aminoksida dan amfoterik.

D. Evaluasi shampo
1.       Organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau.
2.      Karakteristik fisika dan kimia, meliputi:
§  Uji pH dengan pH meter. Umumnya shampo memiliki pH 6,5-7,5
§  Uji berat jenis dengan piknometer
§  Uji viskositas dengan viskometer
§  Uji angka penyabunan
§  Uji kestabilan

1.       E. Tahap pendahuluan dalam analisis kualitatif shampo
Prinsip : Shampoà berbentuk emulsi à harus dipecah sistem emulsinya untuk menganalisa komponen-komponennya.
Metode :
§  Ø shampo+ spiritus fortiori 95% dipanaskan di atas cawan penguap berulang kali à serbuk. Serbuk tersebut merupakan campuran zat – zat yang larut dalam air dan minyak, termasuk juga zat aktif pada shampoo seperti anti ketombe, anti bakteri, vitamin.  Cara ini tidak spesifik karena kedua fase (fase minyak dan air) tidak berpisah.
§  Ø Teknik ekstraksi dan destilasi

1.       F. Identifikasi bahan shampo
A.     1. Surfaktan
1.1. Surfaktan Anionik
1.       a. Trietanolamin Laurel Sulfat
a) Pemerian:
§  Ø Nama Kimia: Tris(2-hydroxyethyl)ammonium decyl sulfat
§  Ø Nama Lain: Dodecyl sulfate
§  Ø Rumus Bangun: C18H41NO7S
§  Berat Molekul      : 415.59
§  Titik Didih: 100°C
§  Pemerian  : Cairan jernih.
§  Kelarutan : Larut dalam air.

b) Identifikasi
1)   Pada sejumlah volume yang setara dengan 5 gram kadar yang tertera pada etiket, ditambahkan air sampai 100 ml, gunakan sebagai larutan uji, lalu kocok. Teteskan larutan uji dengan 5 ml biru metilen LP dan 1 ml kloroform P à warna biru pada lapisan CHCL3.
2)   1 ml larutan uji + 1 ml NaOH LP dan 0,1 ml Cu2SO4 LP à  warna biru lembayung pada lapisan CHCL3.
3)   Pada sejumlah volume setara dengan 1 gram zat ditambahkan air ad 10 ml, asamkan dengan HCl encer P, kemudan didihkan hati – hati dan dinginkan. Hasil larutan tersebut memberikan reaksi terhadap sulfat.

1.       b. Sodium Laurel Sulfat
a) Pemerian:
§  Ø Nama  kimia: Sulfuric acid monododecyl ester sodium salt
§  Ø Nama Lain : Sodium dodecyl sulfate;  SDS
§  Ø Rumus Bangun: C12H25NaO4S
§  Ø Berat Molekul: 288.38
§  Titik Leleh: 204-207°C
§  Pemerian  : Kristal, kepingan atau bubuk warna putih hingga warna kuning pucat, rasanya pahit, tidak berbau dan berasa seperti lemak.
§  Kelarutan : Sangat larut dalam air, tidak larut dalam kloroform dan eter

b) Identifikasi
1)   Kocok larutan 1% zat à  busa yang banyak.
2)   0,1 ml larutan 1% zat + 0,1 ml larutan biru metilen P 0,1% + 2ml H2SO4 1M +  2 ml kloroform P dan kocok à  warna biru tua pada lapisan CHCL3.
3)   Campur 10 mg zat dengan 10 metanol 96% P. Panaskan samapi mendidih dan kemudian larutkan sisa dalam 8 ml air dan tambah 3 ml HCl 2N. Uapkan sampai tinggal setengahnya dan dinginkan. Saring dan tambah 1 ml BaCl 0,25 M pada filtrat maka akan terbentuk endapan hablur putih.

1.2. Surfaktan Non Ionik
1.       a. Sorbitan Monolaurat
a) Pemerian:
§  Ø Nama Kimia: Sorbitan monododecanoate
§  Ø Nama Lain: Span 20
§  Ø Rumus Bangun: C18H34O6
§  Ø Berat Molekul: 346
§  Ø Titik Leleh:16-20°C
§  Ø Pemerian     : Cairan kental berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa.
§  Ø Kelarutan    : Larut atau dapat bercampur di dalam minyak dan pelarut organik. Tidak larut dalam air namun dapat terdispersi dengan baik.

b) Identifikasi
1)   5 ml dispersi 5% zat dalam air + 5 ml NaOH 1N lalu didihkan, à dinginkan dan asamkan dengan HCl 2N. Larutan akan beropalesensi kuat.
2)   Reflux 5 gram dalam 40 ml larutan KOH P 5% selama 30 menit. Dinginkan sampai suhu lebih kurang 80°C. kemudian asamkan dengan 20 ml HNO3 2N dan refluks kembali selama lebih kurang 100 menit. Asam lemak terpisah di bagian atas permukaan sebagai lapisan minyak. Dinginkan sampai suhu kamar dan sari dengan 50 ml Petroleum Eter P. Hindari pengocokan dan uapkan lapisan organik di atas penangas air. Tetapkan bilangan sisa dengan 300 mg residu dalam 50 ml pelarut. Bilangan sisa adalah 250 – 300.

1.       2. Bahan Pengental
1.       a. Metil Selulosa
a) Pemerian:
§  Ø Nama Kimia: Cellulose methyl ether
§  Ø Nama Lain: Methocel MC
§  Ø Titik Leleh: 190-200°C
§  Ø Pemerian  : Serbuk atau granul yang berwarna putih hingga putih kekuningan. Tidak berwarna dan tidak berasa.
§  Kelarutan : Sangat tidak larut dalam aseton, methanol, kloroform, etanol, eterl, toluene dan air panas. Larut di dalam asam asetat glacial dan campuran dari etanol dan kloroform (1:1). Dalam air panas, metilselulosa mengembang dan terdispersi membentuk disperse koloid yang kental dan jernih.

b) Identifikasi
1)   Taburkan hati – hati 1 gram di atas 100 ml air di dalam gelas piala. Biarkan terdispersi sempurnya. Biarkan gelas piala lebih kurang selama 5 jam sampai zat menjadi bening dan kental. Goyang gelas tersebut untuk membasahi zat secara sempurna. Gunakan pengaduk magnetic kemudian aduk sampai larut sempurna. Campuran akan tetap stabil jika ditambah sejumlah NaOH 1N atau HCl 1N dengan volum yang sama.
2)   Panaskan beberapa ml larutan uji identifikasi 1). Larutan menjadi berkabut dan berbentuk endapan berlapis yang larut kembali pada larutan mendingin.
3)   Tuangkan beberapa ml larutan uji identifikasi 1) ke atas lempeng kaca. Jika air menguap, maka akan terbentuk lapisan film tipis.

1.       3. Bahan Pengawet
1.       a. Formaldehid
a) Pemerian:

§  Ø Nama IUPAC    : Metanal
§  Ø Nama Lain: Oxomethane;  oxymethylene;  methylene oxide;  formic aldehyde;  methyl aldehyde, Formali.
§  Ø Rumus Bangun: CH2O
§  Berat Molekul: 30.03
§  Pemerian  : Cairan yang tidak berwarna dan jernih.
§  Kelarutan : Larut dalam air dan alkohol.

b) Identifikasi
1)   Encerkan 1 ml dengan air sampai 1000 ml. pada 10 ml larutan, tambahkan 2 ml larutan segar fenilhidrazin HCl P 1%, 1 ml Kalium heksasianoferat (III) dan 5 ml HCl P à warna merah terang.
2)   Uapkan di atas penangas air. Akan terbentuk sisa amorf berwarna putih.
3)   Zat jika ditambahkan dengan pereaksi Schiff akan menunjukkan warna merah.
4)   Dengan perak nitrat akan membentuk endapan Ag.
5)   Reaksi Marquis:
Zat + Resorcin +H2SO4 (p) akan membentuk cincin merah ungu. Lakukan dengan blanko.

1.       b. Asam Borat (H3BO3)
a) Pemerian:
§  Ø Nama Lain         : Acidum Boricum
§  Ø Rumus Bangun: H3BO3
§  Ø Berat Molekul    : 61.83
§  Ø Titik Leleh         : 171°C
§  Ø Pemerian: Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau.
§  Ø Kelarutan: Larut dalam 20 bagian air, 3 bagian air mendidih, 16 bagian etanol, dan 5 bagian gliserol.

b) Identifikasi
1)   200 mg dalam 2 ml etanol 95% P ditambahkan dengan beberapa tetes Aq. Brom LP. Warna dari Aq. Brom akan hilang.
2)   Sejumlah zat ditambahkan etanol dan asam sulfat di dalam cawan penguap. Kemudian panaskan di atas penangas air à  berwarna hijau.

1.       c. Nipagin
a) Pemerian:
§  Ø Nama IUPAC: Asam 4-Hidroksibenzoat etil ester.
§  Nama Lain: Etilparaben, etil-parahidroksibenzoat
§  Ø Rumus Bangun  : C9H10O3
§  Ø Berat Molekul    : 166.18
§  Ø Titik Leleh: 115-118°C
§  Ø Pemerian: Serbuk hablur halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.
§  Kelarutan: Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol, 3 bagian aseton. Mudah larut dalam petroleum eter dan dalam larutan alkali hidroksida.

b)   Identifikasi:
1)         Zat +  H2SO4 (p): membentuk tetes – tetes minyak.
2)         Zat +  HNO3 (p): membentuk larutan berwarna kuning setelah beberapa saat.
3)         Zat +  FeCl3 dalam spiritus: membentuk larutan berwarna ungu cokelat.
4)         Reaksi Molisch : kuning kehijauan.

1.       d. Nipasol
a) Pemerian:
§  Ø Nama IUPAC: 4-hydroxybenzoic acid propyl ester
§  Ø Nama Lain: propyl p-hydroxybenzoate
§  Ø Rumus Bangun: C10H12O3
§  Ø Berat Molekul: 180.20
§  Titik Leleh: 96-97°
§  Pemerian: Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
§  Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol, dalam 3 bagian asaeton dan mudah larut dalam alrutan alkali hidroksida.

b) Identifikasi
1)   Zat + FeCl3 à  larutan berwarna kuning hingga rosa muda. Jika ditambahkan dengan NaHCO3 membentuk warna kuning jingga.
2)   Dengan reaksi millon membentuk larutan warna merah intensif.
3)   100 mg zat dalam 2ml etanol 95% P dididihkan kemudian ditambahkan dengan 0,5 ml Hg(II)NO3 LP. Akan terbentuk cairan bening yang berwarna merah dan endapan.

1.       4. Zat Aktif
2.      a. Zinc Pyrithione
a) Pemerian:
§  Ø Nama IUPAC: Bis[1-hydroxypyridine-2(1H)-thionato]zinc
§  Ø Nama Lain: Zinc 2-Pyridinethiol 1-Oxide
§  Ø Rumus Bangun: C10H8N2O2S2Zn
§  Berat Molekul: 317.7
§  Titik Leleh: 240 °C
§  Pemerian: Kristal atau serbuk berwarna putih
§  Kelarutan: Tidak larut dalam air

b) Identifikasi
1)   Reaksi pijar: Zat à dipijar à warna kuning dan setelah dingin akan berwarna putih.
2)   Reaksi Kristal Zn: Zat + HCl + Kalium Hg Tiosianat à endapanà diperiksan di bawah mikroskop, à kristal berbentuk salib.
3)   Reaksi Zn2+dengan NaOH
Jika ditambah dengan NaOH à endapan Zn(OH)2 putih yang larut dalam NaOH berlebih dan bembentuk Na2ZnO2
4)   Reaksi Zn2+dengan NH4S
Jika ditambahkan NH4S à endapan ZnS putih. Raksi berlangsung dalam larutan netral atau sedikit alkalis. Endapan larut dalam asam – asam mineral.

1.       5. Pelarut Surfaktan
2.      a. Propilenglikol
a) Pemerian:
§  Ø Nama IUPAC: 2-hydroxypropanol
§  Ø Nama Lain: methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol.
§  Ø Rumus Bangun: C3H8O2
§  Ø Berat Molekul: 76,10
§  Ø Titik Didih: 188°C
§  Pemerian: Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis
§  Kelarutan: Dapat dicampur dengan air, etanol, dan kloroform. Larut dalam 6 bagian eter. Tidak dapat bercampur dengan petroleum eter dan minyak lemak.

b) Identifikasi
1)   Zat dioksidasi dengan Aq. Brom à membentuk gula (asetal dan α-ketopropionat). Gugus keto ditunjukkan dengan Legal Rothera.
2)   Reaksi Mulliken
Zat + Pirogalol + H2SO4 (p). Panaskan selama 5 menit di atas penangas air, warna akan menjadi violet.
3)   Reaksi Middleton
Zat + HNO3 5% akan membentuk ketopropionat yang jika ditambahkan Na Nitroprussid dan ammoniak 30% akan membentuk larutan berwarna merah kuning.
4)   Reaksi Carletti
1 ml zat +  0,5 ml asam oksalat, 0,5 ml larutan resorcin 5% dan H2SO4 pekat. à timbul warna ungu violet. Ketika ditambahkan 1 ml air, warna akan hilang. Jika ditambahkan 0,5 H2SO4 pekat, maka warna akan timbul kembali.
5)   1 ml zat à KMnO4 + 0,5 ml H2SO4 pekat maka akan membentuk glikoaldehid. Hilangkan kelebihan KMnO4 dengan asam oksalat. Glikoaldehid yang terbentuk dapat diuji dengan cara:
§  1 tetes pereaksi Schiff akan memberikan warna merah (positif aldehid)
§  0,5 ml larutan resorcin 5% dan 0,5 ml H2SO4 encer akan memberikan warna merah.

1.       b. Gliserol




a) Pemerian:
§  Ø Nama IUPAC: Propane-1,2,3-triol
§  Ø Nama Lain         : Gliserin
§  Ø Rumus Bangun  : C3H8O3
§  Ø Berat Molekul    : 92.09
§  Ø Titik Didih         : 290°C
§  Ø Pemerian : Carian kental menyerupai sirup. Jernih tak berwarna, rasa manis dan ada rasa agak panas di lidah. Higroskopis
§  Kelarutan: larut dalam air dan alkohol. Sedikit larut dalam aseton. Praktis tidak larut di dalam minyak.

b) Identifikasi
1)   Reaksi Gula
Larutan + HNO3 dan akan teroksidasi menjadi aldehid. Larutan kemudian ditambahkan dioksiaseton, lalu dinginkan, diencerkan dan dinetralkan dengan Na Karbonat. Tambahkan pereaksi Luff maka akan timbul endapan Cu2O
2)   Reaksi Cuprifil
Larutan dalam air +  NaOH sampai basa + CuSO4 1 tetesà warna biru tua yang stabil
3)   Reaksi Carletti
1 ml zat +  0,5 ml asam oksalat, 0,5 ml larutan resorcin 5% dan H2SO4 pekat. à warna ungu violet. Ketika ditambahkan 1 ml air, warna akan hilang. Jika ditambahkan 0,5 H2SO4 pekat, maka warna akan timbul kembali.

1.       6. Pelembab Rambut dan Kulit Kepala
2.      a. Setil Alkohol
a) Pemerian:
§  Ø Nama IUPAC: Hexadecan-1-ol
§  Ø Nama Lain: cetanol.
§  Ø Rumus Bangun: C16H34O
§  Berat Molekul: 242.44
§  Titik Leleh: 45-52°C
§  Ø Pemerian  : Serbuk atau granul putih berlemak. Tidak berbau dan tidak berasa.
§  Kelarutan : Mudah larut dalam etanol dan eter. Sangat tidak larut dalam air.

b) Identifikasi
Zat + bubuk KOH dan CaO à panaskan pada suhu 300°C selama beberapa jam. Setelah dingin, + air lalu asamkan dengan HCl. Asam lemak kemudian dilebur di atas penangas air. Maka titik leleh zat akan berada pada suhu 62,5°C

1.       7. Sequestering Agent
A.     a. Polifosfat
a) Identifikasi
1)   Larutan zat + AgNO3 à  endapan kuning perak yang larut di dalam ammonia encer dan HNO3 encer.
2)   Larutan zat + BaCl2 à  endapan putih yang larut di dalam asam mineral encer dan asam asetat.
3)   Larutan zat + Amm. Molibdat à  endapan Kristal kuning.

Pewarna Rambut
Warna rambut manusia bermacam-macam bergantung pada jenis pigmen yang terdapat dalam korteks rambut. Untuk mengubah warna rambut diperlukan pengetahuan tentang warna dasar (primer) yang terdiri dari warna merah, kuning, biru. Warna sekunder adalah warna yang dibentuk dari campuran warna primer, yaitu warna merah-kuning (jingga), kuning-biru (hijau), merah-biru (ungu). Warna tersier adalah campuran warna sekunder, yaitu merah-jingga. Jingga-kuning, dan sebagainnya.

1.       A. Penggolongan Pewarna Rambut
A.     Berdasarkan Proses
§  proses pewarnaan dapat dilakukan dengan segera, yaitu langsung mencapai warna akhir. Sebagian besar cat rambut menggunakan proses ini.
§  Proses pewarnaan rambut yang lain adalah dengan cara bertahap (gradual, restorer), secara sedikit demi sedikit mengubah warna rambut, misalnya dari rambut kecokelatan menjadi lebih gelap (coklat hitam) lalu menjadi hitam. Kosmetika ini popular digunakan oleh pria yang ingin tidak menarik perhatian umum pada pewarnaan rambutnya, sedangkan wanita kurang menyukai proses ini.
1.       Sediaan
§  · sediaan tunggal dan sediaan campuran. Sediaan tunggal (one step) dapat langsung digunakan untuk mewarnai rambut.
§  sediaan campuran (two step, tidak langsung) terdiri atas campuran dua bagian, yaitu bagian yang memutihkan rambut asal (toner) dan bagian yang mewarnai rambut (intermediate).

1.       Bahan
§  Zat warna alam, yaitu bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, misalnya dari indigo, gambir (Uncaria gambir), hena (Lawsonia alba), kamomil (Matricacia chammomilla), kayu brazil (Caesalpiniabraziliensis atau C. echinata)
Kelebihan : tidak merugikan sistem
Kekurangan: warna yang dihasilkan relatif keras dan tidak alami terutama sesudah penggunaan berulang, perubahan rambut menjadi kaku, liat , kadang-kadang rapuh dan dipengaruhi oleh pengeriting permanen.
Zat warna logam
Zat warna logam antara lain dari bismut nitrat, kadmium sulfat, kobalt sulfat,nikel sulfat, AgNO3, CuSO4 dan Pb. Acetat(1-2%)

§  Zat warna asam
Zat warna asam misalnya asam pirogalat ( perlu penambahan alkali untuk mempercepat Oksidasi).

§  Zat warna sintetik
Zat warna sintetik, misalnya DC orange no.4, DC hitam, DC coklat, 4-amino-3-nitrofenilaminoetilamina,2-amino-4-nitrofeniletanolamina,5,8-dihidroksinaftokinon,hitambiru naftol, dan lain-lain.

1.       Sistem
§  Pewarnaan sementara (temporary colouring)
Pewarnaan sementara adalah jenis sistem pewarnaan rambut yang dapat mewarnai rambut dalam jangka waktu singkat dan akan segera luntur bila dibasahi oleh air atau shampoo.    Bahan pewarna : pewarna asam yang mempunyai molekul besar, contoh asam pirogalat, dan asam tartrat. Oleh karena itu, pewarna ini hanya dapat mewarnai permukaan rambut saja, tidak dapat terpenetrasi sampai ke cortex rambut, sehingga zat warnannya mudah terlepas. Bentuk sedian: cair, mousse, gel, dan spray.

§  Pewarnaan semipermanen  (semipermanent colouring)
Pewarnaan semipermanen adalah jenis sistem pewarnaan rambut yang warnanya dapat bertahan beberapa hari atau antara 3-6 kali shampoo. Bahan pewarna jenis ini memiliki molekul yang kecil dan memiliki afinitas yang baik terhadap keratin rambut. Oleh karena itu, pewarna ini dapat terpenetrasi sampai ke korteks rambut.
Bahan aktif : dari tumbuhan seperti hena (L.alba) atau bahan sintetik seperti golongan coal tar dyes, nitroanilin, nitrofenilen diamin, nitroaminofenol, atau aminoantrakuinon.

§  Pewarnaan permanen (permanent colouring)
Pewarnaan permanen adalah jenis sistem pewarnaan rambut yang dapat bertahan lama (mingguan sampai bulanan), tahan terhadap pembasahan oleh sampo atau air, dan tahan terhadap faktor eksternal lainnya seperti penyikatan, penggosokan, cahaya, dan lain-lain. Sistem pewarnaan ini disebut juga oxidation colouring, karena proses pewarnaan melalui proses oksidasi di dalam (in situ) batang rambut.

Proses ini terdiri atas dua bagian:
§  bagian yang memutihkan melanin korteks rambut, umunya digunakan lotio hidrogen peroksida 2-5%
§  bagian intermediate color yang mewarnai rambut yang sudah putih tersebut, umumnya digunakan parafenilendiamin (PPDA).

1.       B. Karakteristik dari pewarnaan rambut yang ideal adalah:
A.     Tidak berbahaya, yaitu tidak boleh melukai batang rambut dan mewarnai rambut tanpa merusak tekstur alami dan kehalusan rambut, tidak boleh memiliki efek iritasi dan tidak sensitif, dan tidak boleh memiliki efek toksik  ketika terjadi kontak dengan kulit. Masalah yang dapat terjadi karena kandungan kimia zat pewarna rambut antara lain mutagenik, karsinogenik, dan teratogenik.
B.     Stabil secara fisika dan kimia, yaitu terhadap udara, sinar matahari, penggosokan, dan keringat.
C.     Dapat digabungkan dengan pewarnaan rambut yang lain, jika rambut diberikan perawatan seperti pemucat rambut, pengeritingan rambut, dicuci dengan sampo, maka hal ini tidak menghilangkan warna dari rambut.
D.    Stabil pada aqueos solution, yaitu stabil dalam bentuk larutan dan formulasinya harus tetap stabil ketika dijual dan digunakan.
E.     Selektifitas yang baik, sangat penting bagi suatu sediaan pewarna rambut, karena setiap rambut memiliki tekstur yang heterogen.
F.     Afinitas pada keratin rambut
Afinitas merupakan karakteristik fisikokimia yang penting dipertimbangkan untuk penetrasi zat pewarna ke batang rambut. Sifat ini penting untuk mengetahui suhu dan lamanya proses pewarnaan rambut.
1.       C. Jenis Pewarna Rambut
2.      1. Pewarna Rambut Temporer
ü Acid dyes: azo, trifenilmetan, xantene, azine, antrakuinon
ü Basic dyes: azo, trifenilmetan, azine, indolanilin, indofenol, indoamin (proses yang paling sering digunakan karena pewarnaannya lebih merata melalui reaksi oksidasi).
ü Disperse dyes: azo , antrakuinon
ü Metallic dyes:  azo

1.       2. Pewarna Rambut Semi-Permanen
Secara umum mempunyai molekul yang lebih kecil dan kebanyakan merupakan golongan nitro. Warna yang dihasilkan terang dan tajam. Pewarna rambut yang tergolong dalam pewarna rambut semipermanen sebagian besar merupakan kelompok senyawa nitrophenylendiamins, nitroaminophenols, dan aminoantraquinons. Nitrophenylendiamins dan nitroaminophenols menghasilkan warna violet sampai biru.
Penjelasan mengenai kandungan :
v  Nitrofenilendiamin
Banyak digunakan karena sintesisnya yang mudah dan range warna yang dihasilkan juga lebih beragam. Berdasarkan isomer dan substitusinya, dapat diperoleh spektrum warna dari kuning sampai violet dengan range panjang gelombang 140 nm. Nitrofenilendiamin dapat dijabarkan berdasarkan struktur kimianya




R1, R2, dan R3 dapat sama, berbeda, dan dapat pula mewakili unsur –H atau disubstitusi oleh kelompok alkil seperti -CH3, -CH2CH2OH, -CH2CH2NH2, -CH2COOH, -CH2CONH2, dan lain-lain. Beradasarkan posisi yang ditempati oleh kelompok –NO2 dan –NHR3, cat ini dapat dianggap sebagai derivat-derivat dari 4-nitro-o-feniendiamin, 2-nitro-p-fenilendiamin, atau 4-nitro-m- fenilendiamin.
Proses alkilasi dari R1, R2, R3 terbukti dapat meningkatkan intensitas warna dan rangenya, hal ini dapat diamati pada tabel.

Alkilasi
Warna
Nitro-p-fenilendiamin
Merah jingga
4-amino-3-nitro-N-metilendiamin
Ungu
4-amino-3-nitro-N-(2-hidroksietil)anilin
Merah violet
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-anilin
Merah violet
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-N-(2-hidroksietil)aniline
Violet
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-N,N-(bis(2-hidroksieti)l)aniline
Violet biru
4-metilamino-3-nitro-N,N-(bis(2-hidroksietil))aniline
Biru violet
4-metilamino-3-nitro-N-metil-N-(2-hidroksietil)aniline
Violet biru
4-nitro-o-fenilendiamin
Kuning jingga
2-amino-4-nitro-N-(2-hidroksietil)anilin
Jingga
2-(2-hidroksietil)amino-4-nitro-N-(2-hidroksietil)aniline
Jingga
2-amino-4-nitro-N-(tris-(hidroksimetil))metilanilin
Jingga
4-nitro-m-fenilendiamin
Kuning








Ternyata tidak hanya kelompok dari substitusi nitroanilin yang dapat dikembangkan, antara lain:
v Derivat-derivat tersubstitusi pada cincin aromatik dengan donor elektron lemah seperti –CH3 atau -OCH3;
v Derivat-derivat dari nitrodifenilamin seperti: 4-(bis-(2-hidroksietil))amino-3-nitro-4’-metilamino-difenilamin (biru); 2-nitro-4-(bis-(2-hidroksietil))amino-difenilamin; 2-nitro-4-metoksi-difenilamin; 2-nitro-4-amino-difenilamin.
v   Nitroaminophenols
Variasi isomer dan substitusi yang beragam memungkinkan formulator untuk menghasilkan range warna yang lebih luas yaitu kuning sampai orange kemerahan dengan panjang gelombang sekitar 80 nm. Nitroaminophenols dapat dijabarkan berdasarkan struktur kimianya.




Dimana R1 dan R2 dapat sama, berbeda, dan dapat pula mewakili unsur –H atau kelompok alkil yang lebih rendah, disubstitusi dapat pula tidak, seperti –CH3 dan CH2CH2OH dan dimana n dapat 1 atau 2.
Berdasarkan posisi dari kelompok nitro dan amino, jenis-jenis cat rambut dapat dibuat dan yang paling penting ditunjukkan pada tabel. Derivat-derivat lain dengan pensubstitusi yang berbeda juga telah disintesa.
2-amino-4-nitro-phenol
Jingga
2-amino-4,6-dinitro-phenol (asam pikramik)
Jingga tua
2-amino-5-nitro-phenol
Kuning Jingga
2-(2-hidroksietil)amino-5-nitro-phenol metil eter
Kuning
2-(2-hidroksietil)amino-5-nitro-phenol-2-hidroksietil eter
kuning
4-amino-2-nitro-phenol
Pink salmon
4-metilamino-2-nitro-phenol
Merah mawar
4-metilamino-2,6-dinitro-phenol (asam isopikramik)
Merah mawar
4-amino-3-nitro-phenol
Jingga tua
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-phenol
Merah
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-phenol metal eter
Jingga
4-amino-3-nitro-phenol-2-hidroksietil eter
Jingga

v   Aminoanthraquinone
Aminoanthraquinone menampilkan seluruh range dari cat yang berasal dari amino dan hidroksi-anthraquinon dengan semua variasi substituennya.


ü  1-amino-4-metilamino antraquinon (disperse violet 4/solvent violet 12/color Index No. 61105)
ü  1,4-diamino-5-nitro anthraquinon (disperse violet 8/color Index No. 62030)
ü  1,4,5,8-tetra amino anthraquinon (disperse blue 1/solvent blue 18/ color Index No. 64500)
ü  1-metilamino-4-(2-hidroksietil) amino anthraquinon
ü  1-hidroksi-2,4-diamino antraquinon.
Pewarna lainnya
Selain kelompok nitrophenildiamins, nitroaminophenols dan aminoanthraquinons juga dapat digunakan senyawa lain dalam pewarna semi permanen. Pertimbangan penggunaan senyawa ini adalah ukuran molekul dan krakter hidrofiliknya. Nitroalanin, dinitroalanin dan azo merupakan pewarna lain yang digunakan sebagai pewarna rambut semipermanen.

Table 3. Pewarna rambut semi permanen lainnya
HC Yellow No.6
Kuning
HC Yellow No.15
Kuning
HC Yellow No.2
Orange
HC Orange No.1
Orange
HC Yellow No.7
Orange
Dispersi Black 9
Orange
2-Hydroxyethyl picramic acid
Merah-orange

Sejumlah cat lainnya dapat digunakan dalam formulasi pewarnaan semi permanen. Secara umum, untuk membantu memodifikasi warna: sebagai contoh, dapat digunakan derivat azo heterosiklik dan derivat-derivat dari azomerocianin. Penggunaan cat yang reaktif mulai digunakan pada bidang pewarnaan tekstil.
Pengklasifikasian berbagai prosedur dan komposisi dari pewarna
1)        Prosedur yang didasarkan pada kesimultanan atau keberhasilan penggunaan dari thiol khususnya thioglicollik
2)        berdasarkan kegunaan dari berbagai solvent.
3)        berdasarkan permintaan dari pasar.
4)        penggunaan komplek anionic-kationik.
1.       3. Pewarna Rambut Permanen
Pewarna rambut permanen banyak digunakan karena warnannya lebih tahan lama daripada pewarna rambut semipermanen. Contoh pewarna rambut permanen diantarannya pewarna oksidasi, pewarna yang berasal dari tumbuhan dan pewarna rambut logam (metallic hair color).
v  Pewarna Rambut Oksidasi (oxidation hair colour)
Pewarna rambut permanen berdasarkan penggunaan pewarna oksidasi, sehingga disebut pewarna-para, dengan zat yang tidak berwarna ketika digunakan di kepala (prekusor) dan diubah menjadi materi yang berwarna in situ pada rambut sebagai akibat dari hasil reaksi kimia saat pewarnaan.
Prekusor ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori; senyawa yang disebut dasar oksidasi atau intermediet primer dan yang disebut coupler atau modifikator.
Reaksi kimia pada pembentukan zat warna adalah reaksi oksidasi dan coupling (penggabungan) atau kondensasi oleh kerja dari zat pengoksidasi, berefek pada pH basa (biasanya berdasarkan adanya ammonia). Zat pengoksidasi ini umumnya hidrogen peroksida atau salah satu turunan bentuk padatnya yaitu urea peroksida atau melamin peroksida.
Faktanya, hidrogen peroksida dapat bekerja pada bagian pigmen melanin dari rambut dengan mengoksidasi dan melarutkannya sehingga menghilangkan warna rambut. Pigmen melanin merupakan sumber dari warna asli rambut.
Untuk merangkum dalam kerjanya untuk menghasilkan warna, membutuhkan 3 jenis reaksi kimia, yaitu:
1.       dasar atau intermediate primer
2.      coupler atau permodifikasi
3.      agen pereaksi, umumnya hidrogen peroksida.
Dasar
Dasar biasanya berupa senyawa aromatik, biasanya turunan benzen, tersubstitusi oleh setidaknya dua gugus pendonor elektron seperti –NH2 dengan/atau –OH yang saling membentuk para atau orto; bentuk ini memudahkan untuk proses oksidasi.
Senyawa yang paling penting dari kelas ini adalah p-fenilendiamin dan p-aminofenol, dan o-fenilendiamin, yang salah satunya dapat ditambahkan p- atau o-dihidroksibenzen.
Tambahan:
1.       Proses dari alkilasi pada –NH2 dan pengubahannya menjadi –NR1R2 (dimana R1 dan R2 dapat sama atau berbeda, dapat berupa H atau alkil lainnya) menjadikannya salah satu jumlah dasar yang tersedia sangat banyak
2.      Selain itu, peningkatan timbul dari substitusi pada cincin benzen oleh pendonor elektron yang lemah seperti –OCH3, -CH3, -NHCOCH3, dsb, yang dapat menghasilkan dasar yang mempunyai bagian yang khusus atau berbeda
3.      Juga cincin aromatik yang lain dapat digunakan seperti piridin, pirimidin, quinolin, indol, pirazolon, benzimidazol, dsb. Memberikan seri yang baru dari dasar oksidasi.
dasar yang penting yaitu: p-fenilendiamin, p-toluendiamin (2,5-toluendiamin, kadang-kadang disebut p-toluylendiamin atau p-tolydiamin), p-aminodifenilamin, p-aminofenol, p-diamonoanisol, o-fenilendiamin, o-aminofenol
Coupler atau Modifikator
Coupler atau modifikator adalah senyawa aromatik, biasanya turunan benzen, tersubstitusi oleh gugus yang sama (-NH2 dan –OH) seperti dasar, tetapi kali ini saling membentuk posisi meta. Pada posisi ini, harus diperhatikan bahwa coupler tidak memiliki bagian yang mudah oksidasi seperti H2O2.
Jangkauan dari coupler dapat diperluas seperti:
1.       dengan menambahkan pendonor elektron seperti –OCH3, -NHCOCH3, dsb. Dengan atau tanpa variasi alkilasi dari gugus OH atau NH2 oleh alkil dan hidroksialkil.
2.      Dengan menggunakan cincin heterosiklik seperti piridin, quinolin, indazol, benzimidazol, benzoxazin, pirazolon.
Coupler yang biasa digunakan adalah m-fenilendiamin, 2,4-diaminoanisol, Resorcinol, m-klororesorcinol, m-aminofenol, 1,5-dihidroksinaftalen, 6-metil-2-aminofenol, 2-metilresorcinol
Tipe-tipe produk pewarna rambut permanen
ü  Larutan, biasanya berupa larutan sederhana atau larutan alkohol. Untuk mempertahankan struktur rambut biasanya ditambahkan asam organik dan pelarut-pelarut khusus atau dapat juga sebelum dilakukan pewarnaan rambut diberi nutrisi berupa komponen-komponen kationik. Larutan pewarna ini dapat dibeli langsung dalm bentuk larutan atau dilarutkan sendiri bila akan digunakan.
ü  Hair spray, medium yang digunakan adalah dengan mendispersikan 3% PVP di dalam air.
ü Aerosol , Sediaan aerosol harus menghindari kontak antara air dengan wadah aerosol yang berupa kaleng untuk mencegah korosi wadah aerosol.
Pewarna Rambut Permanen lainnya
Ada pewarna yang berasal dari tumbuhan misalnya daun Henna (senyawa aktifnya 2-hidroksi-1,4-oftokinon) dan bunga Cammomile (4,5,7,-trihidroksiflavon). Mereka membentuk ikatan α atau β yang menyebabkan reaksi adisi pada posisi 1,4 dengan protein rambut yang tidak terdapat gugus amino dan residu nukleofilik yang lain. Basa mineral dari rambut dapat teroksidasi oleh berbagai logam diantarannya besi, bismuth, nikel, dan kobalt.

C. Proses oksidasi pewarnaan rambut memerlukan tiga konstituen berikut:
§  Substitusi aminoaromatik orto atau para, biasanya cincin tunggal dengan substituen OH, amin, atau amin tersubstitusi. Substituen ini disebut sebagai primary intermediate.
§  Gugus aromatik kedua, biasanya cincin tunggal dengan gugus pendonor elektron (paling sedikit satu atau dua) membentuk posisi meta satu sama lain. Substituen ini disebutcoupler atau pemodifikasi warna.
§  Pengoksidasi, biasanya H2O2

D. Proses Pewarnaan Rambut
Pewarna rambut memiliki range mulai dari very light blonde sampai hitam.
1.       Campuran zat warna
Larutan pewarna rambut yang akan digunakan biasanya berupa zat warna campuran, bisa 3 sampai 10 zat warna campuran.
1.       Konsentrasi pewarna rambut
Konsentrasi yang digunakan biasanya sangat sedikit dan dibatasi penggunaanya (kira-kira 0,01-5%).
1.       Durasi proses pewarnaan rambut
Waktu yang dibutuhkan untuk kontak antara rambut dan zat pewarna sekitar 5-40 menit.
1.       Jumlah larutan yang digunakan.
Pada wanita biasanya digunakan 15-100 ml.
1.       Frekuensi mewarnai rambut.
Untuk pewarna rambut temporer seminggu sekali.
Untuk pewarna rambut permanen sebulan sekali.
1.       Perawatan setelah pewarnaan.
Pewarna harus diformulasikan sedemikian rupa sehingga penetrasi zat warna ke dalam kulit kepala dapat dihindari. Hal ini dapat dihindari dengan membilas rambut dengan air setelah penggunaan zat warna rambut permanen atau dengan menggunakan sampu sehingga zat warna rambut tidak diabsorbsi ke dalam kulit kepala.

1.       E. Cara Kerja Pewarna Rambut Secara Singkat
Zat warna oksidasi biasanya tidak berwarna, produk dengan berat molekul rendah. Mereka dapat masuk melalui kutikula menuju ke lubang rambut, di mana mengoksidasi menghasilkan lebih besar molekul berwarna terperangkap dalam rambut. Permanen atau bertahan lama menghasilkan penutupan warna rambut yang asli.
Zat warna oksidasi dibagi menjadi dua kategori, oksidasi dasar (intermediet primer) dan coupler (intermediet sekunder). Untuk menghasilkan warna menggunakan prosuk ini, paling tidak salah satunya dikombinasikan dengan oksidan yang cocok di bawah kondisi alkali (basa).
Kondisi pada saat penggunaan menentukan lamanya hasil warna. Warna permanen dapat mencerahkan pigmen alami rambut yang biasanya mengandung ammonia dan digunakan dengan hydrogen peroksida 6% atau lebih besar. Alkali yang lebih lembut mungkin digunakan dengan hydrogen peroksida kekuatan sedikit untuk menyediakan hasil yang tahan lama dengan pengaruh yang sedikit pada struktur rambut. Selanjutnya mampu menghasilkan warna yang lebih bercahaya daripada rambut awalnya.
Karena kemampuannya menutupi warna asli dan menghasilkan warna yang tahan lama, zat warna oksidasi merupakan yang paling terkenal dalam kelasnya. Mereka menyediakan jangkauan warna yang besar dan cocok digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk fashion, memperbaiki warna, dan menutupi uban.
1.       F. Pembentuk Warna Pada Rambut
Gambaran umum dari perubahan warna terjadi dalam seri seperti reaksi oksidasi dan reaksi coupling yang secara skematik dapat dijelaskan:
1.       Pembentukan Quinonimin
Bagian ini mencakup proses oksidasi dari dasar dibantu kerja dari basa H2O2 dengan pembentukan quinon monoimin dari p- dan o-aminofenol dan quinodimin dari p- dan o-fenildiamin.
Cara yang sama pada struktur kation quinin imonium yang lain, diturunkan dari basa yang lain dapat diwakili.
1.       Pembentukan difenilamin
Kation quinin imonium yang bentuk pada proses pertama, secepatnya mengalami konjugasi tipe-Michael penambahan dengan pseudo-karbanion dari coupler, memberikan substitusi N pada p-fenilendiamin, dalam kata lain. Substitusi difenilamin yang berbeda. Struktur senyawa nukleofilik dapat menambah pada –NH dari quinonimin dengan menyerang atom ditrogen tidak hanya pada struktur meta dari coupler tapi juga para-basa yang tidak teroksidasi, dan kemudian berfungsi sebagai coupler untuk iminnya sendiri.
1.       Pembentukan warna
Bentuk sementara difenilamin sebelumnya dapat dilihat pada gilirannya sebagai dasar oksidasi yang baru. Dasar oksidasi ini, pada cincin benzen akan tersubstitusi paling tidak 3 gugus (pada posisi 1, 2, 4 atau 1, 2, 5) oleh gugus pendonor elektron. Kebaikan dari proses ini yaitu kemampuan oksidasi dan kemampuannya untuk couple, untuk mempertinggi derajatnya.
Kemudian, mereka dioksidasi dan diubah menjadi andoamin, indoanilin, atau indofenol- menjadi gugus pertama zat warna-atau mereka bekerja sebagai coupler dan ikut serta dalam penyerangan pada quinonimin dari para-dasar yang asli, yang kemudian berlanjut terbentuk pada reaksi medium, yang kemudian menjadi “double” fenilamin. Senyawa baru ini mudah dioksidasi pada gilirannya, memberi reaksi pada bentuk oksidasinya menjadi grup zat warna yang baru dengan 3 cincin benzen.
Proses penambahan dari quinonimin awal menjadi bentuk aromatik sementara yaitu senyawa yang lebih terkondensasi, diikuti dengan oksidasi lanjutan menjadi zat warna baru dengan lebih dari 3 cincin benzen. Semua zat warna dan pigmen, strukturnya belum dapat dijelaskan secara sempurna menjadi grup ketiga yang terbentuk pada rambut. Ini kemudian menyatakan kembali bahwa pewarnaan rambut oleh proses zat warna permanen adalah hasil dari kompetisi antara zat warna indoamin dan zat warna yang mempunyai aliran kondensasi dan oksidasi jauh dari reaksi primernya. Contoh warna yang dapat terjadi dengan bermacam coupler dan p-fenilendiamin mencakup :
Coupler
Warna yang dihasilkan
Resorcinol
Hijau/Cokelat
m-aminofenol
Biru
2,4 diaminoanisol dan m- fenilendiamin l-naftol
Ungu-Biru

1.       G. Identifikasi
Isolasi pewarna dari produk dan pemisahan campuran pewarna merupakan kendala dalam identifikasi zat pewarna. Pencampuran dengan beberapa reagen juga dapat dilakukan untuk melihat reaksi atau perubahan yang timbul, yaitu seperti penambahan asam sitrat, asam sulfat, asam hidroklorida, NaOH, dan Sodium karbonat. Salah satu identifikasi penting untuk pewarna azo adalah sifat reduksinya sehingga kita dapat mengidentifikasi hasil reduksi pewarna azo. Pewarna yang larut dalam air biasanya direduksi dalam air panas dengan penambahan Natrium hidrosulfit. Biasanya, reduksi terdiri dari senyawa amin terdiazotasi ditambah dengan derivat amino dari campuran di mana komponen diazo berasal. Komponen basa yang diperoleh dapat dipisahkan dari senyawa-senyawa asam dan netral dengan destilasi uap atau dengan ekstraksi menggunakan larutan basa, di mana komponen netral dapat terdestilasi uap atau diekstraksi dari air dan dapat terbawa ke dalam hasil ekstraksi. Alternatif untuk mengatasi hal ini adalah pemisahan dengan prosedur kromatografi. Spektrometri UV-vis juga dapat digunakan untuk identifikasi dengan hanya menggunakan beberapa miligram sampel.
Pelarut yang digunakan untuk perbandingan tersebut sebaiknya dipilih yang paling berbed (aprotik-protik, asam-basa, polar-nonpolar) dan berdasarkan karakteristik spektrum pelarut.
Infrared (IR) juga digunakan secara luas. Teknik ini lebih sulit dan lebih mahal tapi biasanya menghasilkan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Selain IR juga terdapat Nuclear Magnetik Resonance (NMR) yaitu teknik spektrum yang paling tidak sensitif, paling sulit dan paling mahal, tapi alat ini sangat sempurna untuk mempelajari struktur senyawa organik.
Rincian identifikasi masing-masing dari zat yang menyusun pewarna rambut:
1.       Aminophenol
a) Pemerian

ü Nama lain    : 4-amino-1-hidroksibenzen; 4-hidroksianilin; activol; azol
ü Pemerian     : serbuk atau kristal putih
ü  Kelarutan : larut dalam air, pelarut organik alkohol, eter, keton, ester
ü  Titik didih            : 188-190oC
ü  Titik lebur : 195oC


b) Reaksi:
ü Larutan zat + H2SO4 à coklat, jika dibasakan à biru ungu
ü Larutan zat + Kalium bikromat + HCl encer à biru ungu
ü Larutan zat + FeCl3 à ungu coklat

1.      2. Resorcin
2.      
a) Pemerian

ü Nama lain   : benzen-1,3-diol; m-hidroksi benzen; 1,3-benzendiol; 1,3-dihidroksi benzen; 3-hidroksi fenol; m-hidrokuinon; m-benzenadiol; m-dioksibenzol
ü Pemerian     : hablur bentuk jarum/serbuk hablur putih, bau khas, rasa manis diikuti pahit
ü  Kelarutan        : mudah larut dalam air, etanol 95%, eter, gliserol, sukar larut dalam kloroform
ü  Titik didih       : 109-111oC
ü  Titik lebur        : 280oC
ü  pH                   : 5.2

b) Reaksi:
ü 10 ml larutan 1% b/v + 2 tetes FeCl3 à violet kebiruan, + NH3 encer à kuning kecoklatan
ü 100 mg zat dalam 2 ml larutan NaOH + 1 tetes kloroform, panaskan à merah tua, + HCl sedikit berlebih à kuning pucat
ü Dengan pereaksi phtalein:
§  Zat + asam phtalat anhidrat + H2SO4 (p), panaskan à coklat, encerkan dengan air, basakan dengan NaOH 4N, fluoresensi à hijau kuat
ü Larutan zat dalam air + NaOH 2N + 1 tetes CHCl3, panaskan à merah, + asam encer à warna merah hilang
ü Reaksi Marquis:
§  Larutan zat dalam H2SO4 (p) + larutan encer formalin à cincin warna (merah, coklat, jingga, ungu, hijau, dll)
ü 50 mg zat + 100 mg asam tartrat + 10 tetes H2SO4 (p), panaskan  à merah tua
ü Reaksi Muhliman:
§  Zat + beberapa tetes CHCl3 + 3 tetes air + KOH/NaOH padat, panaskan à merah
ü Dengan pereaksi Nessler (KI, HgCl + KOH):
§  Zat + pereaksi à jingga kuning
ü Zat + aquabrom à kuning terang
ü Zat + FeCl3 + NaHCO3 à violet biru
ü Zat + Ag amoniakal (NH4OH + NaOH + AgNO3) à coklat
ü Zat + HNO3 encer à merah jingga
ü Zat + HNO3 (p) à merah ungu
ü Zat + Ca(OH)2 à kuning
ü Zat + AgNO3 à abu-abu
ü Zat + DAB-HCl à merah ungu
ü Larutan zat + Ag amoniak (NH4OH + NaOH + AgNO3) à coklat
ü Zat + 100 mg asam tartat + 10 tetes H2SO4 à merah tua
1.      3. Naphtol

α-Naphtol
a) Pemerian

ü  BM                  : 144,17
ü  Titik leleh        : 95-97oC
ü  Organoleptis    : hablur atau serbuk hablur, tidak berwarna atau agak merah muda dan berbau khas
ü  Kelarutan         : tidak larut dalam air, larut dalam etanol, benzen, dan eter


b) Reaksi:
ü Reaksi warna azo:
Zat direaksikan dengan diazo A dan diazo B (4:1) à merah
ü Zat + FeCl3 à hijau à endapan violet
ü Zat + aquabrom à ungu dengan endapan putih
ü Zat dalam KOH/NaOH, fluoresensi à biru muda
ü Zat + KOH + CHCl3 à biru
ü Zat + aq. Iod + NaOH à violet keruh
ü Dengan reaksi Marquis:
Zat + H2SO4  (p) + larutan encer formalin à coklat
ü Zat + pereaksi Loco Milton à merah terang
β-Naphtol
a) Pemerian

ü BM             : 144,17
ü Titik leleh    : 121-123oC
ü Organoleptis   : serpihan atau serbuk hablur putih, bau khas lemah, jika terpapar cahaya berubah    warna
ü  Kelarutan       : sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol, eter, kloroform, dan larutan alkali


b) Reaksi:
ü Reaksi warna azo:
Zat direaksikan dengan diazo A dan diazo B (4:1) à merah
ü Zat + FeCl3 à hijau à gumpalan putih
ü Zat + aquabrom à hijau kuning dengan gumpalan putih
ü Zat dalam KOH/NaOH, fluoresensi à ungu
ü Zat + KOH + CHCl3 à biru
ü Zat + aq. Iod + NaOH à tidak berwarna
ü Dengan reaksi Marquis:
Zat + H2SO4  (p) + larutan encer formalin à hijau
ü Zat + pereaksi Loco Milton à kuning jingga

1.       4. Pyrogallol


a) Pemerian

ü Nama lain   : 1,2,3-trihidroksibenzen
ü Pemerian     : serbuk hablur putih
ü  Kelarutan        : sangat mudah larut dalam air
ü  Titik lebur        : 132-134oC

b) Reaksi
ü  Larutan zat + FeCl3 à merah coklat, + NaHCO3 à biru
ü  Larutan zat + NaOH à merah coklat
ü  Larutan zat + aqua calcis à ungu à coklat
ü  Dengan pereaksi Marquis:
Zat + H2SO4 (p) + larutan encer formalin à merah, panaskan kemudian diamkan à endapan merah tua
ü  Larutan zat + Pb-asetat à rosa muda
ü  Larutan zat + 1 tetes flurorogusin (50 mg dalam 25 ml air), diamkan 30 menit à pink violet
ü  Larutan zat + vanilin dalam H2SO4 à merah rosa, panaskan à endapan merah prambors
ü  Larutan zat + H2SO4 + asam tartrat 10% à cincin ungu + air à coklat-kuning muda + NH4OH berlebih à kuning hijau
ü  Fluoresensi dalam NH4OH à merah ungu
ü  Larutan zat + aq brom à merah coklat
ü  Larutan zat + Ag amoniak à hijau à hitam

1.       5. Kresol


a) Pemerian

ü BM             : 138,16
ü Pemerian     : larutan jernih berwarna kuning muda sampai coklat merah
ü Bau : fenol spesifik
ü Sifat pembiasan: tinggi
ü Sifat  : netral atau agak asam terhadap lakmus
ü  Kelarutan: agak sukar larut dalam air, membentuk larutan keruh, larut dalam alkali hidroksida, dapat bercampur dengan etanol, eter, dan gliserol


b) Reaksi
spesifik:
ü Zat + FeCl3 (suasana asam) à biru-violet
-          Orto     : ungu-biru keruh
-          Meta    : ungu keruh
-          Para     : biru keruh
ü Zat + aquabrom à endapan
-          Orto     : endapan putih
-          Meta    : endapan putih
-          Para     : tidak ada endapan, kuning
ü o-kresol + asam pikrat à kristal jarum kuning jingga
ü reaksi Marquis:
Zat + H2SO4 (p) + larutan encer formalin à merah

Reaksi lain:
ü fenol dalam suasana basa à ion fenolat + FeCl3 à kompleks biru
ü fenol + aquabrom à substitusi pada posisi orto dan para terhadap gugus -OH
-       posisi orto dan para     : endapan putih
-       posisi meta                   : tidak terbentuk endapan (kuning)
-
1.       6. n-Phenylendiamin




a) Pemerian

ü titik didih    : 252oC
ü titik lebur    : 104oC
ü pH               : 9,2
ü  kelarutan         : sukar larut dalam air


b) reaksi:
ü zat + H2O2 à senyawa quinoid hitam (basa Bandrowski) dapat dipercepat dengan aldehid
ü 10 mg sampel + 2 tetes H2SO4 encer + 10 ml air + 1 tetes K2Cr2O7 (1:1000) + 1 ml eter, kocok à eter berwarna biru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar