B. Bahan – bahan yang biasa digunakan dalam
pembuatan shampo beserta fungsi, meliputi :
§ Bahan
utama dalam komposisi shampo. Konsentrasi antara 10-50%.
§ Fungsi
untuk pembersih dan pembuat busa.
§ Ada 4
jenis surfaktan yang digunakan, yaitu :
1. Surfaktan
anionik
Paling banyak digunakan karena murah dan memiliki daya pembersih
yang kuat, bahkan dalam air sadah sekalipun. Contohnya sodium lauril sulfat,
trietanol lauril sulfat, paraffin sulfona, alkil benzil sulfonat.
1. Surfaktan
kationik
Memiliki daya pembersih yang kurang. Penggunaannya jangan
dicampur dengan surfaktan anionik karena membuatnya menjadi tidak aktif.
Contohnya dietilaminoetil-oleil-amida asetat, garam amonium sederhana, senyawa
amonium kuartener, aminoamida, dan imidazolin.
1. Surfaktan
nonionik
Umumnya tidak digunakan tunggal karena busanya sedikit dan
harganya mahal. Contohnya asam lemak monodietanolamid, sorbitan monolaurat,
eter poligliseril, ester sorbitol.
1. Surfaktan
amfoterik
Memiliki daya pembersih dan desinfektan yag baik. Umumnya
dikombinasi dengan surfaktan anionik. Surfaktan amfoterik merupakan bahan
dasar yang sempurna untuk shampo. Contohnya trietanolamin-lauril-beta-amino
propionat, sodium-lauril-beta-amino propionat, dan turunan asparagin.
1. 2. Bahan
conditioning rambut dan kulit kepala, contoh lanolin setil
alkohol, lesitin oleil alkohol.
§ untuk
memberi lapisan di rambut sehingga membuatnya lebih tebal, halus, lembut, mudah
disisir, dan membuat rambut tidak kaku, juga memperkuat kutikula rambut.
1. 3. Bahan
pencemerlang rambut, contohnya fatty alkohol, stearil alkohol.
2. 4. Bahan
pembentuk dan penstabil busa, contohnya amidan dan
asam lemak.
§ berfungsi
untuk menambah kekentalan shampo (berpengaruh pada kestabilan shampo).
1. 6. Bahan
pelarut surfaktan, contohnya alkohol, gliserol, glikol
§ Digunakan
untuk mencegah shampo seperti awan.
1. 7. Sequestering
agent, contoh EDTA (organik) dan polifosfat (anorganik)
§ Sequeatering
agent adalah bahan pengikat ion Ca, Mg dan lain – lain yang mungkin ada dalam
air sadah sehingga ion tersebut tidak mengendap.
1. 8. Bahan
pendispersi garam – garam kalsium
§ Untuk
mencegah pengendapan garam kalsium yang menyebabkan rambut menjadi lengket.
§ Contohnya
produk kondensasi asam lemak alil amin, polioksietilen alkil fenol, dan produk
kondensasi etilen oksida nonionik.
1. 9. Bahan
obat
Antidandruff : Selenium
sulfida 1 – 2,5%, zink pyrithone, asam α-hidroksi.
Sunscreen : oktil salisilat, PABA
1. 10. Opacyfing
agent atau clarifying agent
§ Membuat
sediaan shampo terlihat jernih dan bagus.
§ Contohnya
: alkanolamid dari asam lemak tinggi (stearat), glikolmono dan distearat, lemak
alkohol (setil, stearil), emulsi vinil polimer dan lateks, garam – garam tidak
larut, ZnO dan TiO2, MgAl silikat.
1. 11. Stabilizer
§ Menstabilkan
sediaan shampo yang kebanyakan berupa emulsi.
1. 12. Acid
§ Mengatur
keasaman ( pH) shampo, biasanya berkisar 6,5 – 7,6.
1. 13. Bahan
pengawet, contoh formaldehid, asam sorbat, nipagin,
nipasol
§ untuk
menekan pertumbuhan bakteri dan jamur dalam shampo.
1. 14. Parfum
dan bahan pewarna.
C. Pengolongan shampo
Macam
Penggolongan
|
Macam shampo
|
Keterangan
|
Bentuk shampo
|
Shampo larutan murni
|
Formulasi mudah dan menghasilkan
busa.
Mengandung 1 zat aktif seperti TEA
lauril sulfat (30-33%) atau lauril eter sulfat
|
Liquid cream/lotion shampo
|
Sangat lembut karena mengandung
emolient.
Mengandung glikol stearat untuk
membentuk krim, atau bahan aktif tambahan seperti telur, susu, minyak kelapa.
|
|
Solid cream dan gel shampo
|
Mengandung pasta sodium lauril
sulfat atau zat aktif lain yang kelarutannya rendah pada suhu kamar dan dapat
meningkat pada suhu beberapa derajat diatas suhu kamar.
konsistensi tergantung pada massa
kristal yang pada air hangat dapat larut sehingga konsistensinya hilang dan
shampo dapat mengalir.
|
|
Oil shampo
|
Kurang berbusa, namun efektif
menghilangkan kotoran dan minyak
Megandung minyak sulfonat (76%)
yang terbuat dari minyak- minyak (castor oil dan olive oil) yang direaksikan
dengan asam sulfonat atau agent – agent sulfonasi lainnya pada suhu tinggi,
kemudian dinetralkan kembali dengan alkali
|
|
Powder Shampo
|
Jarang digunakan à merusak rambut.
Mengandung bahan aktif yang mudah
larut dan higroskopis, biasanya Na dan Mg lauril sulfat, dan sebagai
diluentnya digunakan Na pirosfosfat/sulfat/bikarbonat.
|
|
Aerosol Shampo
|
Menggunakan bahan yang biasa
digunakan untuk clear liquid shampo yang memiliki viksositas rendah sehingga
mudah dicampur dengan propellan.
|
|
Dry Shampo
|
Berbentuk bubuk yang dapat
mengabsorbsi lemak dan kotoran.
Mengandung campuran absorbent
seperti amilum boraks silica.
Cara penggunaannya à
menaburkan bubuk shampo di rambut, dibiarkan 10 menit kemudian rambut disikat
|
|
Fungsi shampo
|
Conditioning shampo
|
Untuk membersihkan rambut, membuat
rambut lebih mudah diatur, terasa dan terlihat indah, melembutkan dan
memudahkan pengaturan rambut.
|
Baby shampo
|
Mengandung zat yang tidak
mengiritasi mata, kulit, saluran pencernaan. Sistem surfaktan yang digunakan
adalah yang lembut, seperti surfaktan nonionic dan amfoterik.
|
|
Antiandruff Shampo dan Medicated
Shampo
|
Ditambahkan germisida seperti
surfaktan ammonium kuartener, timol, fenol klorinat, dan pelembut untuk
aktivitas antimikroorganisme
|
|
Acid-Balanced Shampo
|
Shampo dengan pH rendah untuk
meminimalisir kerusakan kulit kepala. pH asam ini cenderung merusak
kestabilan surfaktan dan viskositas shampo à diatasi dengan menggunakan
surfaktan yang tidak dipengaruhi pH antara 5-7 atau dengan membuat perpaduan
surfaktan. Biasanya digunakan surfaktan aminoksida dan amfoterik.
|
D. Evaluasi shampo
1. Organoleptis
meliputi bentuk, warna, dan bau.
2. Karakteristik
fisika dan kimia, meliputi:
§ Uji pH
dengan pH meter. Umumnya shampo memiliki pH 6,5-7,5
§ Uji
berat jenis dengan piknometer
§ Uji
viskositas dengan viskometer
§ Uji
angka penyabunan
§ Uji
kestabilan
1. E. Tahap
pendahuluan dalam analisis kualitatif shampo
Prinsip : Shampoà berbentuk emulsi à harus dipecah sistem
emulsinya untuk menganalisa komponen-komponennya.
Metode :
§ Ø
shampo+ spiritus fortiori 95% dipanaskan di atas cawan penguap berulang kali à
serbuk. Serbuk tersebut merupakan campuran zat – zat yang larut dalam air dan
minyak, termasuk juga zat aktif pada shampoo seperti anti ketombe, anti bakteri,
vitamin. Cara ini tidak spesifik karena kedua fase (fase minyak dan air)
tidak berpisah.
§ Ø
Teknik ekstraksi dan destilasi
1. F. Identifikasi
bahan shampo
A. 1. Surfaktan
1.1. Surfaktan Anionik
1. a. Trietanolamin
Laurel Sulfat
a) Pemerian:
§ Ø Nama
Kimia: Tris(2-hydroxyethyl)ammonium decyl sulfat
§ Ø Nama
Lain: Dodecyl sulfate
§ Ø Rumus
Bangun: C18H41NO7S
§ Berat
Molekul : 415.59
§ Titik
Didih: 100°C
§ Pemerian
: Cairan jernih.
§ Kelarutan
: Larut dalam air.
b) Identifikasi
1) Pada sejumlah volume yang setara dengan 5 gram
kadar yang tertera pada etiket, ditambahkan air sampai 100 ml, gunakan sebagai
larutan uji, lalu kocok. Teteskan larutan uji dengan 5 ml biru metilen LP dan 1
ml kloroform P à warna biru pada lapisan CHCL3.
2) 1 ml larutan uji + 1 ml NaOH LP dan 0,1 ml Cu2SO4 LP
à warna biru lembayung pada lapisan CHCL3.
3) Pada sejumlah volume setara dengan 1 gram zat
ditambahkan air ad 10 ml, asamkan dengan HCl encer P, kemudan didihkan hati –
hati dan dinginkan. Hasil larutan tersebut memberikan reaksi terhadap sulfat.
1. b. Sodium
Laurel Sulfat
a) Pemerian:
§ Ø
Nama kimia: Sulfuric acid monododecyl ester sodium salt
§ Ø Nama
Lain : Sodium dodecyl sulfate; SDS
§ Ø Rumus
Bangun: C12H25NaO4S
§ Ø Berat
Molekul: 288.38
§ Titik
Leleh: 204-207°C
§ Pemerian
: Kristal, kepingan atau bubuk warna putih hingga warna kuning pucat, rasanya
pahit, tidak berbau dan berasa seperti lemak.
§ Kelarutan
: Sangat larut dalam air, tidak larut dalam kloroform dan eter
b) Identifikasi
1) Kocok larutan 1% zat à busa yang banyak.
2) 0,1 ml larutan 1% zat + 0,1 ml larutan biru
metilen P 0,1% + 2ml H2SO4 1M
+ 2 ml kloroform P dan kocok à warna biru tua pada lapisan CHCL3.
3) Campur 10 mg zat dengan 10 metanol 96% P.
Panaskan samapi mendidih dan kemudian larutkan sisa dalam 8 ml air dan tambah 3
ml HCl 2N. Uapkan sampai tinggal setengahnya dan dinginkan. Saring dan tambah 1
ml BaCl 0,25 M pada filtrat maka akan terbentuk endapan hablur putih.
1.2. Surfaktan Non Ionik
1. a. Sorbitan
Monolaurat
a) Pemerian:
§ Ø Nama
Kimia: Sorbitan monododecanoate
§ Ø Nama
Lain: Span 20
§ Ø Rumus
Bangun: C18H34O6
§ Ø Berat
Molekul: 346
§ Ø Titik
Leleh:16-20°C
§ Ø
Pemerian : Cairan kental berwarna kuning, tidak berbau,
tidak berasa.
§ Ø
Kelarutan : Larut atau dapat bercampur di dalam minyak dan
pelarut organik. Tidak larut dalam air namun dapat terdispersi dengan baik.
b) Identifikasi
1) 5 ml dispersi 5% zat dalam air + 5 ml NaOH 1N
lalu didihkan, à dinginkan dan asamkan dengan HCl 2N. Larutan akan
beropalesensi kuat.
2) Reflux 5 gram dalam 40 ml larutan KOH P 5% selama
30 menit. Dinginkan sampai suhu lebih kurang 80°C. kemudian asamkan dengan 20
ml HNO3 2N dan refluks kembali selama lebih kurang 100 menit. Asam
lemak terpisah di bagian atas permukaan sebagai lapisan minyak. Dinginkan
sampai suhu kamar dan sari dengan 50 ml Petroleum Eter P. Hindari pengocokan
dan uapkan lapisan organik di atas penangas air. Tetapkan bilangan sisa dengan
300 mg residu dalam 50 ml pelarut. Bilangan sisa adalah 250 – 300.
1. 2. Bahan
Pengental
1. a. Metil
Selulosa
a) Pemerian:
§ Ø Nama
Kimia: Cellulose methyl ether
§ Ø Nama
Lain: Methocel MC
§ Ø Titik
Leleh: 190-200°C
§ Ø
Pemerian : Serbuk atau granul yang berwarna putih hingga putih
kekuningan. Tidak berwarna dan tidak berasa.
§ Kelarutan
: Sangat tidak larut dalam aseton, methanol, kloroform, etanol, eterl, toluene
dan air panas. Larut di dalam asam asetat glacial dan campuran dari etanol dan
kloroform (1:1). Dalam air panas, metilselulosa mengembang dan terdispersi
membentuk disperse koloid yang kental dan jernih.
b) Identifikasi
1) Taburkan hati – hati 1 gram di atas 100 ml air di
dalam gelas piala. Biarkan terdispersi sempurnya. Biarkan gelas piala lebih
kurang selama 5 jam sampai zat menjadi bening dan kental. Goyang gelas tersebut
untuk membasahi zat secara sempurna. Gunakan pengaduk magnetic kemudian aduk
sampai larut sempurna. Campuran akan tetap stabil jika ditambah sejumlah NaOH
1N atau HCl 1N dengan volum yang sama.
2) Panaskan beberapa ml larutan uji identifikasi 1).
Larutan menjadi berkabut dan berbentuk endapan berlapis yang larut kembali pada
larutan mendingin.
3) Tuangkan beberapa ml larutan uji identifikasi 1)
ke atas lempeng kaca. Jika air menguap, maka akan terbentuk lapisan film tipis.
1. 3. Bahan
Pengawet
1. a. Formaldehid
a) Pemerian:
§ Ø Nama
IUPAC : Metanal
§ Ø Nama
Lain: Oxomethane; oxymethylene; methylene oxide; formic
aldehyde; methyl aldehyde, Formali.
§ Ø Rumus
Bangun: CH2O
§ Berat
Molekul: 30.03
§ Pemerian
: Cairan yang tidak berwarna dan jernih.
§ Kelarutan
: Larut dalam air dan alkohol.
b) Identifikasi
1) Encerkan 1 ml dengan air sampai 1000 ml. pada 10
ml larutan, tambahkan 2 ml larutan segar fenilhidrazin HCl P 1%, 1 ml Kalium
heksasianoferat (III) dan 5 ml HCl P à warna merah terang.
2) Uapkan di atas penangas air. Akan terbentuk sisa
amorf berwarna putih.
3) Zat jika ditambahkan dengan pereaksi Schiff akan
menunjukkan warna merah.
4) Dengan perak nitrat akan membentuk endapan Ag.
5) Reaksi Marquis:
Zat + Resorcin +H2SO4 (p) akan membentuk cincin merah ungu. Lakukan
dengan blanko.
1. b. Asam
Borat (H3BO3)
a) Pemerian:
§ Ø Nama
Lain : Acidum Boricum
§ Ø Rumus
Bangun: H3BO3
§ Ø Berat
Molekul : 61.83
§ Ø Titik
Leleh : 171°C
§ Ø
Pemerian: Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak
berbau.
§ Ø
Kelarutan: Larut dalam 20 bagian air, 3 bagian air mendidih, 16 bagian etanol,
dan 5 bagian gliserol.
b) Identifikasi
1) 200 mg dalam 2 ml etanol 95% P ditambahkan dengan
beberapa tetes Aq. Brom LP. Warna dari Aq. Brom akan hilang.
2) Sejumlah zat ditambahkan etanol dan asam sulfat
di dalam cawan penguap. Kemudian panaskan di atas penangas air à berwarna
hijau.
1. c. Nipagin
a) Pemerian:
§ Ø Nama
IUPAC: Asam 4-Hidroksibenzoat etil ester.
§ Nama
Lain: Etilparaben, etil-parahidroksibenzoat
§ Ø Rumus
Bangun : C9H10O3
§ Ø Berat
Molekul : 166.18
§ Ø Titik
Leleh: 115-118°C
§ Ø
Pemerian: Serbuk hablur halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.
§ Kelarutan:
Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol, 3
bagian aseton. Mudah larut dalam petroleum eter dan dalam larutan
alkali hidroksida.
b) Identifikasi:
1) Zat + H2SO4 (p): membentuk tetes – tetes minyak.
2) Zat +
HNO3 (p):
membentuk larutan berwarna kuning setelah beberapa saat.
3) Zat +
FeCl3 dalam spiritus: membentuk larutan berwarna ungu cokelat.
4) Reaksi
Molisch : kuning kehijauan.
1. d. Nipasol
a) Pemerian:
§ Ø Nama
IUPAC: 4-hydroxybenzoic acid propyl ester
§ Ø Nama
Lain: propyl p-hydroxybenzoate
§ Ø Rumus
Bangun: C10H12O3
§ Ø Berat
Molekul: 180.20
§ Titik
Leleh: 96-97°
§ Pemerian:
Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
§ Kelarutan:
Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol, dalam 3 bagian
asaeton dan mudah larut dalam alrutan alkali hidroksida.
b) Identifikasi
1) Zat + FeCl3 à
larutan berwarna kuning hingga rosa muda. Jika ditambahkan dengan NaHCO3 membentuk
warna kuning jingga.
2) Dengan reaksi millon membentuk larutan warna
merah intensif.
3) 100 mg zat dalam 2ml etanol 95% P dididihkan
kemudian ditambahkan dengan 0,5 ml Hg(II)NO3 LP.
Akan terbentuk cairan bening yang berwarna merah dan endapan.
1. 4. Zat
Aktif
2. a. Zinc
Pyrithione
a) Pemerian:
§ Ø Nama
IUPAC: Bis[1-hydroxypyridine-2(1H)-thionato]zinc
§ Ø Nama
Lain: Zinc 2-Pyridinethiol 1-Oxide
§ Ø Rumus
Bangun: C10H8N2O2S2Zn
§ Berat
Molekul: 317.7
§ Titik
Leleh: 240 °C
§ Pemerian:
Kristal atau serbuk berwarna putih
§ Kelarutan:
Tidak larut dalam air
b) Identifikasi
1) Reaksi pijar: Zat à dipijar à warna kuning dan
setelah dingin akan berwarna putih.
2) Reaksi Kristal Zn: Zat + HCl + Kalium Hg
Tiosianat à endapanà diperiksan di bawah mikroskop, à kristal berbentuk salib.
3) Reaksi Zn2+dengan
NaOH
Jika ditambah dengan NaOH à endapan Zn(OH)2 putih
yang larut dalam NaOH berlebih dan bembentuk Na2ZnO2
4) Reaksi Zn2+dengan
NH4S
Jika ditambahkan NH4S à
endapan ZnS putih. Raksi berlangsung dalam larutan netral atau sedikit alkalis.
Endapan larut dalam asam – asam mineral.
1. 5. Pelarut
Surfaktan
2. a. Propilenglikol
a) Pemerian:
§ Ø Nama
IUPAC: 2-hydroxypropanol
§ Ø Nama
Lain: methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol.
§ Ø Rumus
Bangun: C3H8O2
§ Ø Berat
Molekul: 76,10
§ Ø Titik
Didih: 188°C
§ Pemerian:
Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopis
§ Kelarutan: Dapat
dicampur dengan air, etanol, dan kloroform. Larut dalam 6 bagian eter. Tidak
dapat bercampur dengan petroleum eter dan minyak lemak.
b) Identifikasi
1) Zat dioksidasi dengan Aq. Brom à membentuk gula
(asetal dan α-ketopropionat). Gugus keto ditunjukkan dengan Legal Rothera.
2) Reaksi Mulliken
Zat + Pirogalol + H2SO4 (p). Panaskan selama 5 menit di atas
penangas air, warna akan menjadi violet.
3) Reaksi Middleton
Zat + HNO3 5% akan membentuk ketopropionat yang jika ditambahkan
Na Nitroprussid dan ammoniak 30% akan membentuk larutan berwarna merah kuning.
4) Reaksi Carletti
1 ml zat + 0,5 ml asam oksalat, 0,5 ml larutan resorcin 5%
dan H2SO4 pekat. à timbul warna ungu violet. Ketika ditambahkan 1 ml
air, warna akan hilang. Jika ditambahkan 0,5 H2SO4 pekat,
maka warna akan timbul kembali.
5) 1 ml zat à KMnO4 + 0,5 ml H2SO4 pekat
maka akan membentuk glikoaldehid. Hilangkan kelebihan KMnO4 dengan
asam oksalat. Glikoaldehid yang terbentuk dapat diuji dengan cara:
§ 1 tetes
pereaksi Schiff akan memberikan warna merah (positif aldehid)
§ 0,5 ml
larutan resorcin 5% dan 0,5 ml H2SO4 encer
akan memberikan warna merah.
1. b. Gliserol
a) Pemerian:
§ Ø Nama
IUPAC: Propane-1,2,3-triol
§ Ø Nama
Lain : Gliserin
§ Ø Rumus
Bangun : C3H8O3
§ Ø Berat
Molekul : 92.09
§ Ø Titik
Didih : 290°C
§ Ø
Pemerian : Carian kental menyerupai sirup. Jernih tak berwarna, rasa manis dan
ada rasa agak panas di lidah. Higroskopis
§ Kelarutan:
larut dalam air dan alkohol. Sedikit larut dalam aseton. Praktis tidak larut di
dalam minyak.
b) Identifikasi
1) Reaksi Gula
Larutan + HNO3 dan
akan teroksidasi menjadi aldehid. Larutan kemudian ditambahkan dioksiaseton,
lalu dinginkan, diencerkan dan dinetralkan dengan Na Karbonat. Tambahkan
pereaksi Luff maka akan timbul endapan Cu2O
2) Reaksi Cuprifil
Larutan dalam air + NaOH sampai basa + CuSO4 1
tetesà warna biru tua yang stabil
3) Reaksi Carletti
1 ml zat + 0,5 ml asam oksalat, 0,5 ml larutan resorcin 5%
dan H2SO4 pekat. à warna ungu violet. Ketika ditambahkan 1 ml air,
warna akan hilang. Jika ditambahkan 0,5 H2SO4 pekat, maka warna akan timbul kembali.
1. 6. Pelembab
Rambut dan Kulit Kepala
2. a. Setil
Alkohol
a) Pemerian:
§ Ø Nama
IUPAC: Hexadecan-1-ol
§ Ø Nama
Lain: cetanol.
§ Ø Rumus
Bangun: C16H34O
§ Berat
Molekul: 242.44
§ Titik
Leleh: 45-52°C
§ Ø
Pemerian : Serbuk atau granul putih berlemak. Tidak berbau dan tidak
berasa.
§ Kelarutan
: Mudah larut dalam etanol dan eter. Sangat tidak larut dalam air.
b) Identifikasi
Zat + bubuk KOH dan CaO à panaskan pada suhu 300°C selama
beberapa jam. Setelah dingin, + air lalu asamkan dengan HCl. Asam lemak
kemudian dilebur di atas penangas air. Maka titik leleh zat akan berada pada
suhu 62,5°C
1. 7. Sequestering
Agent
A. a. Polifosfat
a) Identifikasi
1) Larutan zat + AgNO3 à
endapan kuning perak yang larut di dalam ammonia encer dan HNO3 encer.
2) Larutan zat + BaCl2 à
endapan putih yang larut di dalam asam mineral encer dan asam asetat.
3) Larutan zat + Amm. Molibdat à endapan
Kristal kuning.
Pewarna Rambut
Warna rambut manusia bermacam-macam bergantung pada jenis pigmen
yang terdapat dalam korteks rambut. Untuk mengubah warna rambut diperlukan
pengetahuan tentang warna dasar (primer) yang terdiri dari warna merah, kuning,
biru. Warna sekunder adalah warna yang dibentuk dari campuran warna primer,
yaitu warna merah-kuning (jingga), kuning-biru (hijau), merah-biru (ungu).
Warna tersier adalah campuran warna sekunder, yaitu merah-jingga.
Jingga-kuning, dan sebagainnya.
1. A. Penggolongan
Pewarna Rambut
A. Berdasarkan
Proses
§ proses
pewarnaan dapat dilakukan dengan segera, yaitu langsung mencapai warna akhir.
Sebagian besar cat rambut menggunakan proses ini.
§ Proses
pewarnaan rambut yang lain adalah dengan cara bertahap (gradual, restorer),
secara sedikit demi sedikit mengubah warna rambut, misalnya dari rambut
kecokelatan menjadi lebih gelap (coklat hitam) lalu menjadi hitam. Kosmetika
ini popular digunakan oleh pria yang ingin tidak menarik perhatian umum pada
pewarnaan rambutnya, sedangkan wanita kurang menyukai proses ini.
1. Sediaan
§ ·
sediaan tunggal dan sediaan campuran. Sediaan tunggal (one step) dapat langsung
digunakan untuk mewarnai rambut.
§ sediaan
campuran (two step, tidak langsung) terdiri atas campuran dua bagian, yaitu
bagian yang memutihkan rambut asal (toner) dan bagian yang mewarnai rambut
(intermediate).
1. Bahan
§ Zat
warna alam, yaitu bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, misalnya dari
indigo, gambir (Uncaria gambir), hena (Lawsonia alba), kamomil (Matricacia
chammomilla), kayu brazil (Caesalpiniabraziliensis atau C. echinata)
Kelebihan : tidak
merugikan sistem
Kekurangan: warna yang dihasilkan
relatif keras dan tidak alami terutama sesudah penggunaan berulang, perubahan
rambut menjadi kaku, liat , kadang-kadang rapuh dan dipengaruhi oleh pengeriting
permanen.
Zat warna logam
Zat warna logam antara lain dari bismut nitrat, kadmium sulfat,
kobalt sulfat,nikel sulfat, AgNO3, CuSO4 dan Pb. Acetat(1-2%)
§ Zat
warna asam
Zat warna asam misalnya asam pirogalat ( perlu penambahan alkali
untuk mempercepat Oksidasi).
§ Zat
warna sintetik
Zat warna sintetik, misalnya DC orange no.4, DC hitam, DC
coklat,
4-amino-3-nitrofenilaminoetilamina,2-amino-4-nitrofeniletanolamina,5,8-dihidroksinaftokinon,hitambiru
naftol, dan lain-lain.
1. Sistem
§ Pewarnaan
sementara (temporary colouring)
Pewarnaan sementara adalah jenis sistem pewarnaan rambut yang
dapat mewarnai rambut dalam jangka waktu singkat dan akan segera luntur bila
dibasahi oleh air atau shampoo. Bahan pewarna :
pewarna asam yang mempunyai molekul besar, contoh asam pirogalat, dan asam
tartrat. Oleh karena itu, pewarna ini hanya dapat mewarnai permukaan rambut
saja, tidak dapat terpenetrasi sampai ke cortex rambut, sehingga zat warnannya
mudah terlepas. Bentuk sedian: cair, mousse, gel, dan spray.
§ Pewarnaan
semipermanen (semipermanent colouring)
Pewarnaan semipermanen adalah jenis sistem pewarnaan rambut yang
warnanya dapat bertahan beberapa hari atau antara 3-6 kali shampoo. Bahan
pewarna jenis ini memiliki molekul yang kecil dan memiliki afinitas yang baik
terhadap keratin rambut. Oleh karena itu, pewarna ini dapat terpenetrasi sampai
ke korteks rambut.
Bahan aktif : dari tumbuhan
seperti hena (L.alba) atau bahan sintetik seperti golongan coal tar
dyes, nitroanilin, nitrofenilen diamin, nitroaminofenol, atau
aminoantrakuinon.
§ Pewarnaan
permanen (permanent colouring)
Pewarnaan permanen adalah jenis sistem pewarnaan rambut yang
dapat bertahan lama (mingguan sampai bulanan), tahan terhadap pembasahan oleh
sampo atau air, dan tahan terhadap faktor eksternal lainnya seperti penyikatan,
penggosokan, cahaya, dan lain-lain. Sistem pewarnaan ini disebut juga oxidation
colouring, karena proses pewarnaan melalui proses oksidasi di dalam (in
situ) batang rambut.
Proses ini terdiri atas dua bagian:
§ bagian
yang memutihkan melanin korteks rambut, umunya digunakan lotio hidrogen peroksida
2-5%
§ bagian intermediate
color yang mewarnai rambut yang sudah putih tersebut, umumnya
digunakan parafenilendiamin (PPDA).
1. B. Karakteristik
dari pewarnaan rambut yang ideal adalah:
A. Tidak
berbahaya, yaitu tidak boleh melukai batang rambut dan mewarnai rambut tanpa
merusak tekstur alami dan kehalusan rambut, tidak boleh memiliki efek iritasi
dan tidak sensitif, dan tidak boleh memiliki efek toksik ketika terjadi
kontak dengan kulit. Masalah yang dapat terjadi karena kandungan kimia zat
pewarna rambut antara lain mutagenik, karsinogenik, dan teratogenik.
B. Stabil
secara fisika dan kimia, yaitu terhadap udara, sinar matahari, penggosokan, dan
keringat.
C. Dapat
digabungkan dengan pewarnaan rambut yang lain, jika rambut diberikan perawatan
seperti pemucat rambut, pengeritingan rambut, dicuci dengan sampo, maka hal ini
tidak menghilangkan warna dari rambut.
D. Stabil
pada aqueos solution, yaitu stabil dalam bentuk larutan dan
formulasinya harus tetap stabil ketika dijual dan digunakan.
E. Selektifitas
yang baik, sangat penting bagi suatu sediaan pewarna rambut, karena setiap
rambut memiliki tekstur yang heterogen.
F. Afinitas
pada keratin rambut
Afinitas merupakan karakteristik fisikokimia yang penting
dipertimbangkan untuk penetrasi zat pewarna ke batang rambut. Sifat ini penting
untuk mengetahui suhu dan lamanya proses pewarnaan rambut.
1. C. Jenis
Pewarna Rambut
2. 1. Pewarna
Rambut Temporer
ü Acid dyes: azo, trifenilmetan, xantene, azine,
antrakuinon
ü Basic dyes: azo, trifenilmetan, azine,
indolanilin, indofenol, indoamin (proses yang paling sering digunakan karena
pewarnaannya lebih merata melalui reaksi oksidasi).
ü Disperse dyes: azo , antrakuinon
ü Metallic dyes: azo
1. 2. Pewarna
Rambut Semi-Permanen
Secara umum mempunyai molekul yang lebih kecil dan kebanyakan
merupakan golongan nitro. Warna yang dihasilkan terang dan tajam. Pewarna
rambut yang tergolong dalam pewarna rambut semipermanen sebagian besar
merupakan kelompok senyawa nitrophenylendiamins, nitroaminophenols, dan
aminoantraquinons. Nitrophenylendiamins dan nitroaminophenols menghasilkan
warna violet sampai biru.
Penjelasan mengenai kandungan :
v Nitrofenilendiamin
Banyak digunakan karena sintesisnya yang mudah dan range warna
yang dihasilkan juga lebih beragam. Berdasarkan isomer dan substitusinya, dapat
diperoleh spektrum warna dari kuning sampai violet dengan range panjang
gelombang 140 nm. Nitrofenilendiamin dapat dijabarkan berdasarkan struktur
kimianya
R1, R2, dan R3 dapat sama, berbeda, dan dapat pula mewakili
unsur –H atau disubstitusi oleh kelompok alkil seperti -CH3, -CH2CH2OH, -CH2CH2NH2, -CH2COOH,
-CH2CONH2, dan lain-lain. Beradasarkan posisi yang ditempati oleh
kelompok –NO2 dan –NHR3, cat ini dapat dianggap sebagai derivat-derivat dari
4-nitro-o-feniendiamin, 2-nitro-p-fenilendiamin, atau 4-nitro-m- fenilendiamin.
Proses alkilasi dari R1, R2, R3 terbukti dapat meningkatkan
intensitas warna dan rangenya, hal ini dapat diamati pada tabel.
Alkilasi
|
Warna
|
Nitro-p-fenilendiamin
|
Merah
jingga
|
4-amino-3-nitro-N-metilendiamin
|
Ungu
|
4-amino-3-nitro-N-(2-hidroksietil)anilin
|
Merah
violet
|
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-anilin
|
Merah
violet
|
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-N-(2-hidroksietil)aniline
|
Violet
|
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-N,N-(bis(2-hidroksieti)l)aniline
|
Violet
biru
|
4-metilamino-3-nitro-N,N-(bis(2-hidroksietil))aniline
|
Biru
violet
|
4-metilamino-3-nitro-N-metil-N-(2-hidroksietil)aniline
|
Violet
biru
|
4-nitro-o-fenilendiamin
|
Kuning
jingga
|
2-amino-4-nitro-N-(2-hidroksietil)anilin
|
Jingga
|
2-(2-hidroksietil)amino-4-nitro-N-(2-hidroksietil)aniline
|
Jingga
|
2-amino-4-nitro-N-(tris-(hidroksimetil))metilanilin
|
Jingga
|
4-nitro-m-fenilendiamin
|
Kuning
|
Ternyata tidak hanya kelompok dari substitusi nitroanilin yang
dapat dikembangkan, antara lain:
v Derivat-derivat tersubstitusi pada cincin aromatik dengan
donor elektron lemah seperti –CH3 atau -OCH3;
v Derivat-derivat dari nitrodifenilamin seperti:
4-(bis-(2-hidroksietil))amino-3-nitro-4’-metilamino-difenilamin (biru);
2-nitro-4-(bis-(2-hidroksietil))amino-difenilamin;
2-nitro-4-metoksi-difenilamin; 2-nitro-4-amino-difenilamin.
v Nitroaminophenols
Variasi isomer dan substitusi yang beragam memungkinkan
formulator untuk menghasilkan range warna yang lebih luas yaitu kuning sampai
orange kemerahan dengan panjang gelombang sekitar 80 nm. Nitroaminophenols
dapat dijabarkan berdasarkan struktur kimianya.
Dimana R1 dan R2 dapat sama, berbeda, dan dapat pula mewakili
unsur –H atau kelompok alkil yang lebih rendah, disubstitusi dapat pula tidak,
seperti –CH3 dan CH2CH2OH dan
dimana n dapat 1 atau 2.
Berdasarkan posisi dari kelompok nitro dan amino, jenis-jenis
cat rambut dapat dibuat dan yang paling penting ditunjukkan pada tabel.
Derivat-derivat lain dengan pensubstitusi yang berbeda juga telah disintesa.
2-amino-4-nitro-phenol
|
Jingga
|
2-amino-4,6-dinitro-phenol (asam
pikramik)
|
Jingga tua
|
2-amino-5-nitro-phenol
|
Kuning Jingga
|
2-(2-hidroksietil)amino-5-nitro-phenol
metil eter
|
Kuning
|
2-(2-hidroksietil)amino-5-nitro-phenol-2-hidroksietil
eter
|
kuning
|
4-amino-2-nitro-phenol
|
Pink salmon
|
4-metilamino-2-nitro-phenol
|
Merah mawar
|
4-metilamino-2,6-dinitro-phenol
(asam isopikramik)
|
Merah mawar
|
4-amino-3-nitro-phenol
|
Jingga tua
|
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-phenol
|
Merah
|
4-(2-hidroksietil)amino-3-nitro-phenol
metal eter
|
Jingga
|
4-amino-3-nitro-phenol-2-hidroksietil
eter
|
Jingga
|
v Aminoanthraquinone
Aminoanthraquinone menampilkan seluruh range dari cat yang
berasal dari amino dan hidroksi-anthraquinon dengan semua variasi
substituennya.
ü 1-amino-4-metilamino antraquinon (disperse violet
4/solvent violet 12/color Index No. 61105)
ü 1,4-diamino-5-nitro anthraquinon (disperse violet
8/color Index No. 62030)
ü 1,4,5,8-tetra amino anthraquinon (disperse blue
1/solvent blue 18/ color Index No. 64500)
ü 1-metilamino-4-(2-hidroksietil) amino anthraquinon
ü 1-hidroksi-2,4-diamino antraquinon.
Pewarna lainnya
Selain kelompok nitrophenildiamins, nitroaminophenols dan
aminoanthraquinons juga dapat digunakan senyawa lain dalam pewarna semi permanen.
Pertimbangan penggunaan senyawa ini adalah ukuran molekul dan krakter
hidrofiliknya. Nitroalanin, dinitroalanin dan azo merupakan pewarna lain yang
digunakan sebagai pewarna rambut semipermanen.
Table 3. Pewarna rambut semi permanen lainnya
HC Yellow No.6
|
Kuning
|
HC Yellow No.15
|
Kuning
|
HC Yellow No.2
|
Orange
|
HC Orange No.1
|
Orange
|
HC Yellow No.7
|
Orange
|
Dispersi Black 9
|
Orange
|
2-Hydroxyethyl picramic acid
|
Merah-orange
|
Sejumlah cat lainnya dapat digunakan dalam formulasi pewarnaan
semi permanen. Secara umum, untuk membantu memodifikasi warna: sebagai contoh,
dapat digunakan derivat azo heterosiklik dan derivat-derivat dari
azomerocianin. Penggunaan cat yang reaktif mulai digunakan pada bidang
pewarnaan tekstil.
Pengklasifikasian berbagai prosedur dan
komposisi dari pewarna
1) Prosedur yang
didasarkan pada kesimultanan atau keberhasilan penggunaan dari thiol khususnya
thioglicollik
2) berdasarkan
kegunaan dari berbagai solvent.
3) berdasarkan
permintaan dari pasar.
4) penggunaan komplek
anionic-kationik.
1. 3. Pewarna
Rambut Permanen
Pewarna rambut permanen banyak digunakan karena warnannya lebih
tahan lama daripada pewarna rambut semipermanen. Contoh pewarna rambut permanen
diantarannya pewarna oksidasi, pewarna yang berasal dari tumbuhan dan pewarna
rambut logam (metallic hair color).
v Pewarna Rambut Oksidasi (oxidation hair colour)
Pewarna rambut permanen berdasarkan penggunaan pewarna oksidasi,
sehingga disebut pewarna-para, dengan zat yang tidak berwarna ketika digunakan
di kepala (prekusor) dan diubah menjadi materi yang berwarna in situ pada
rambut sebagai akibat dari hasil reaksi kimia saat pewarnaan.
Prekusor ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori; senyawa
yang disebut dasar oksidasi atau intermediet primer dan yang disebut coupler
atau modifikator.
Reaksi kimia pada pembentukan zat warna adalah reaksi oksidasi
dan coupling (penggabungan) atau kondensasi oleh kerja dari zat pengoksidasi,
berefek pada pH basa (biasanya berdasarkan adanya ammonia). Zat pengoksidasi
ini umumnya hidrogen peroksida atau salah satu turunan bentuk padatnya yaitu
urea peroksida atau melamin peroksida.
Faktanya, hidrogen peroksida dapat bekerja pada bagian pigmen
melanin dari rambut dengan mengoksidasi dan melarutkannya sehingga
menghilangkan warna rambut. Pigmen melanin merupakan sumber dari warna asli
rambut.
Untuk merangkum dalam kerjanya untuk menghasilkan warna,
membutuhkan 3 jenis reaksi kimia, yaitu:
1. dasar
atau intermediate primer
2. coupler
atau permodifikasi
3. agen
pereaksi, umumnya hidrogen peroksida.
Dasar
Dasar biasanya berupa senyawa aromatik, biasanya turunan benzen,
tersubstitusi oleh setidaknya dua gugus pendonor elektron seperti –NH2 dengan/atau
–OH yang saling membentuk para atau orto; bentuk ini memudahkan untuk proses
oksidasi.
Senyawa yang paling penting dari kelas ini adalah p-fenilendiamin
dan p-aminofenol, dan o-fenilendiamin, yang salah satunya dapat ditambahkan p-
atau o-dihidroksibenzen.
Tambahan:
1. Proses
dari alkilasi pada –NH2 dan pengubahannya
menjadi –NR1R2 (dimana R1 dan R2 dapat sama atau berbeda, dapat berupa H atau
alkil lainnya) menjadikannya salah satu jumlah dasar yang tersedia sangat
banyak
2. Selain
itu, peningkatan timbul dari substitusi pada cincin benzen oleh pendonor
elektron yang lemah seperti –OCH3, -CH3,
-NHCOCH3, dsb, yang dapat menghasilkan dasar yang mempunyai bagian yang
khusus atau berbeda
3. Juga
cincin aromatik yang lain dapat digunakan seperti piridin, pirimidin, quinolin,
indol, pirazolon, benzimidazol, dsb. Memberikan seri yang baru dari dasar
oksidasi.
dasar yang penting yaitu: p-fenilendiamin, p-toluendiamin
(2,5-toluendiamin, kadang-kadang disebut p-toluylendiamin atau p-tolydiamin),
p-aminodifenilamin, p-aminofenol, p-diamonoanisol, o-fenilendiamin,
o-aminofenol
Coupler atau Modifikator
Coupler atau modifikator adalah senyawa aromatik, biasanya
turunan benzen, tersubstitusi oleh gugus yang sama (-NH2 dan
–OH) seperti dasar, tetapi kali ini saling membentuk posisi meta. Pada posisi
ini, harus diperhatikan bahwa coupler tidak memiliki bagian yang mudah oksidasi
seperti H2O2.
Jangkauan dari coupler dapat diperluas seperti:
1. dengan
menambahkan pendonor elektron seperti –OCH3,
-NHCOCH3, dsb. Dengan atau tanpa variasi alkilasi dari gugus OH atau NH2 oleh
alkil dan hidroksialkil.
2. Dengan
menggunakan cincin heterosiklik seperti piridin, quinolin, indazol,
benzimidazol, benzoxazin, pirazolon.
Coupler yang biasa digunakan adalah m-fenilendiamin,
2,4-diaminoanisol, Resorcinol, m-klororesorcinol, m-aminofenol,
1,5-dihidroksinaftalen, 6-metil-2-aminofenol, 2-metilresorcinol
Tipe-tipe produk pewarna rambut permanen
ü Larutan, biasanya berupa larutan sederhana atau larutan
alkohol. Untuk mempertahankan struktur rambut biasanya ditambahkan asam organik
dan pelarut-pelarut khusus atau dapat juga sebelum dilakukan pewarnaan rambut
diberi nutrisi berupa komponen-komponen kationik. Larutan pewarna ini dapat
dibeli langsung dalm bentuk larutan atau dilarutkan sendiri bila akan
digunakan.
ü Hair spray, medium yang digunakan
adalah dengan mendispersikan 3% PVP di dalam air.
ü Aerosol , Sediaan aerosol harus menghindari
kontak antara air dengan wadah aerosol yang berupa kaleng untuk mencegah korosi
wadah aerosol.
Pewarna Rambut Permanen lainnya
Ada pewarna yang berasal dari tumbuhan misalnya daun Henna
(senyawa aktifnya 2-hidroksi-1,4-oftokinon) dan bunga Cammomile
(4,5,7,-trihidroksiflavon). Mereka membentuk ikatan α atau β yang menyebabkan
reaksi adisi pada posisi 1,4 dengan protein rambut yang tidak terdapat gugus
amino dan residu nukleofilik yang lain. Basa mineral dari rambut dapat
teroksidasi oleh berbagai logam diantarannya besi, bismuth, nikel, dan kobalt.
C. Proses oksidasi pewarnaan rambut
memerlukan tiga konstituen berikut:
§ Substitusi
aminoaromatik orto atau para, biasanya cincin tunggal dengan substituen OH,
amin, atau amin tersubstitusi. Substituen ini disebut sebagai primary
intermediate.
§ Gugus
aromatik kedua, biasanya cincin tunggal dengan gugus pendonor elektron (paling
sedikit satu atau dua) membentuk posisi meta satu sama lain. Substituen ini
disebutcoupler atau pemodifikasi warna.
§ Pengoksidasi,
biasanya H2O2
D. Proses Pewarnaan Rambut
Pewarna rambut memiliki range mulai dari very light
blonde sampai hitam.
1. Campuran
zat warna
Larutan pewarna rambut yang akan digunakan biasanya berupa zat
warna campuran, bisa 3 sampai 10 zat warna campuran.
1. Konsentrasi
pewarna rambut
Konsentrasi yang digunakan biasanya sangat sedikit dan dibatasi
penggunaanya (kira-kira 0,01-5%).
1. Durasi
proses pewarnaan rambut
Waktu yang dibutuhkan untuk kontak antara rambut dan zat pewarna
sekitar 5-40 menit.
1. Jumlah
larutan yang digunakan.
Pada wanita biasanya digunakan 15-100 ml.
1. Frekuensi
mewarnai rambut.
Untuk pewarna rambut temporer → seminggu sekali.
Untuk pewarna rambut permanen → sebulan sekali.
1. Perawatan
setelah pewarnaan.
Pewarna harus diformulasikan sedemikian rupa sehingga penetrasi
zat warna ke dalam kulit kepala dapat dihindari. Hal ini dapat dihindari dengan
membilas rambut dengan air setelah penggunaan zat warna rambut permanen atau
dengan menggunakan sampu sehingga zat warna rambut tidak diabsorbsi ke dalam
kulit kepala.
1. E. Cara
Kerja Pewarna Rambut Secara Singkat
Zat warna oksidasi biasanya tidak berwarna, produk dengan berat
molekul rendah. Mereka dapat masuk melalui kutikula menuju ke lubang rambut, di
mana mengoksidasi menghasilkan lebih besar molekul berwarna terperangkap dalam
rambut. Permanen atau bertahan lama menghasilkan penutupan warna rambut yang
asli.
Zat warna oksidasi dibagi menjadi dua kategori, oksidasi dasar
(intermediet primer) dan coupler (intermediet sekunder). Untuk menghasilkan
warna menggunakan prosuk ini, paling tidak salah satunya dikombinasikan dengan
oksidan yang cocok di bawah kondisi alkali (basa).
Kondisi pada saat penggunaan menentukan lamanya hasil warna.
Warna permanen dapat mencerahkan pigmen alami rambut yang biasanya mengandung
ammonia dan digunakan dengan hydrogen peroksida 6% atau lebih besar. Alkali
yang lebih lembut mungkin digunakan dengan hydrogen peroksida kekuatan sedikit
untuk menyediakan hasil yang tahan lama dengan pengaruh yang sedikit pada
struktur rambut. Selanjutnya mampu menghasilkan warna yang lebih bercahaya daripada
rambut awalnya.
Karena kemampuannya menutupi warna asli dan menghasilkan warna
yang tahan lama, zat warna oksidasi merupakan yang paling terkenal dalam
kelasnya. Mereka menyediakan jangkauan warna yang besar dan cocok digunakan
untuk berbagai tujuan, misalnya untuk fashion, memperbaiki warna, dan menutupi
uban.
1. F. Pembentuk
Warna Pada Rambut
Gambaran umum dari perubahan warna terjadi dalam seri seperti
reaksi oksidasi dan reaksi coupling yang secara skematik dapat dijelaskan:
1. Pembentukan
Quinonimin
Bagian ini mencakup proses oksidasi dari dasar dibantu kerja
dari basa H2O2 dengan pembentukan quinon monoimin dari p- dan
o-aminofenol dan quinodimin dari p- dan o-fenildiamin.
Cara yang sama pada struktur kation quinin imonium yang lain,
diturunkan dari basa yang lain dapat diwakili.
1. Pembentukan
difenilamin
Kation quinin imonium yang bentuk pada proses pertama,
secepatnya mengalami konjugasi tipe-Michael penambahan dengan pseudo-karbanion
dari coupler, memberikan substitusi N pada p-fenilendiamin, dalam kata lain.
Substitusi difenilamin yang berbeda. Struktur senyawa nukleofilik dapat
menambah pada –NH dari quinonimin dengan menyerang atom ditrogen tidak hanya
pada struktur meta dari coupler tapi juga para-basa yang tidak teroksidasi, dan
kemudian berfungsi sebagai coupler untuk iminnya sendiri.
1. Pembentukan
warna
Bentuk sementara difenilamin sebelumnya dapat dilihat pada
gilirannya sebagai dasar oksidasi yang baru. Dasar oksidasi ini, pada cincin
benzen akan tersubstitusi paling tidak 3 gugus (pada posisi 1, 2, 4 atau 1, 2,
5) oleh gugus pendonor elektron. Kebaikan dari proses ini yaitu kemampuan
oksidasi dan kemampuannya untuk couple, untuk mempertinggi derajatnya.
Kemudian, mereka dioksidasi dan diubah menjadi andoamin,
indoanilin, atau indofenol- menjadi gugus pertama zat warna-atau mereka bekerja
sebagai coupler dan ikut serta dalam penyerangan pada quinonimin dari
para-dasar yang asli, yang kemudian berlanjut terbentuk pada reaksi medium,
yang kemudian menjadi “double” fenilamin. Senyawa baru ini mudah dioksidasi
pada gilirannya, memberi reaksi pada bentuk oksidasinya menjadi grup zat warna
yang baru dengan 3 cincin benzen.
Proses penambahan dari quinonimin awal menjadi bentuk aromatik
sementara yaitu senyawa yang lebih terkondensasi, diikuti dengan oksidasi
lanjutan menjadi zat warna baru dengan lebih dari 3 cincin benzen. Semua zat
warna dan pigmen, strukturnya belum dapat dijelaskan secara sempurna menjadi
grup ketiga yang terbentuk pada rambut. Ini kemudian menyatakan kembali bahwa
pewarnaan rambut oleh proses zat warna permanen adalah hasil dari kompetisi
antara zat warna indoamin dan zat warna yang mempunyai aliran kondensasi dan
oksidasi jauh dari reaksi primernya. Contoh warna yang dapat terjadi dengan
bermacam coupler dan p-fenilendiamin mencakup :
Coupler
|
Warna yang dihasilkan
|
Resorcinol
|
Hijau/Cokelat
|
m-aminofenol
|
Biru
|
2,4 diaminoanisol dan m-
fenilendiamin l-naftol
|
Ungu-Biru
|
1. G. Identifikasi
Isolasi pewarna dari produk dan pemisahan campuran pewarna
merupakan kendala dalam identifikasi zat pewarna. Pencampuran dengan beberapa
reagen juga dapat dilakukan untuk melihat reaksi atau perubahan yang timbul,
yaitu seperti penambahan asam sitrat, asam sulfat, asam hidroklorida, NaOH, dan
Sodium karbonat. Salah satu identifikasi penting untuk pewarna azo adalah sifat
reduksinya sehingga kita dapat mengidentifikasi hasil reduksi pewarna azo.
Pewarna yang larut dalam air biasanya direduksi dalam air panas dengan
penambahan Natrium hidrosulfit. Biasanya, reduksi terdiri dari senyawa amin
terdiazotasi ditambah dengan derivat amino dari campuran di mana komponen diazo
berasal. Komponen basa yang diperoleh dapat dipisahkan dari senyawa-senyawa
asam dan netral dengan destilasi uap atau dengan ekstraksi menggunakan larutan
basa, di mana komponen netral dapat terdestilasi uap atau diekstraksi dari air
dan dapat terbawa ke dalam hasil ekstraksi. Alternatif untuk mengatasi hal ini
adalah pemisahan dengan prosedur kromatografi. Spektrometri UV-vis juga dapat
digunakan untuk identifikasi dengan hanya menggunakan beberapa miligram sampel.
Pelarut yang digunakan untuk perbandingan tersebut sebaiknya
dipilih yang paling berbed (aprotik-protik, asam-basa, polar-nonpolar) dan
berdasarkan karakteristik spektrum pelarut.
Infrared (IR) juga digunakan secara luas. Teknik ini lebih sulit
dan lebih mahal tapi biasanya menghasilkan tingkat kepastian yang lebih tinggi.
Selain IR juga terdapat Nuclear Magnetik Resonance (NMR) yaitu
teknik spektrum yang paling tidak sensitif, paling sulit dan paling mahal, tapi
alat ini sangat sempurna untuk mempelajari struktur senyawa organik.
Rincian identifikasi masing-masing dari zat
yang menyusun pewarna rambut:
1. Aminophenol
a) Pemerian
ü Nama lain : 4-amino-1-hidroksibenzen;
4-hidroksianilin; activol; azol
ü Pemerian : serbuk atau kristal putih
ü Kelarutan : larut dalam air, pelarut organik alkohol,
eter, keton, ester
ü Titik
didih :
188-190oC
ü Titik lebur : 195oC
b) Reaksi:
ü Larutan zat + H2SO4 à
coklat, jika dibasakan à biru ungu
ü Larutan zat + Kalium bikromat + HCl encer à biru ungu
ü Larutan zat + FeCl3 à
ungu coklat
1. 2. Resorcin
2.
a) Pemerian
ü Nama lain : benzen-1,3-diol; m-hidroksi benzen;
1,3-benzendiol; 1,3-dihidroksi benzen; 3-hidroksi fenol; m-hidrokuinon;
m-benzenadiol; m-dioksibenzol
ü Pemerian : hablur bentuk jarum/serbuk
hablur putih, bau khas, rasa manis diikuti pahit
ü Kelarutan :
mudah larut dalam air, etanol 95%, eter, gliserol, sukar larut dalam kloroform
ü Titik didih :
109-111oC
ü Titik lebur :
280oC
ü
pH
: 5.2
b) Reaksi:
ü 10 ml larutan 1% b/v + 2 tetes FeCl3 à
violet kebiruan, + NH3 encer à kuning kecoklatan
ü 100 mg zat dalam 2 ml larutan NaOH + 1 tetes kloroform,
panaskan à merah tua, + HCl sedikit berlebih à kuning pucat
ü Dengan pereaksi phtalein:
§ Zat +
asam phtalat anhidrat + H2SO4 (p),
panaskan à coklat, encerkan dengan air, basakan dengan NaOH 4N, fluoresensi à
hijau kuat
ü Larutan zat dalam air + NaOH 2N + 1 tetes CHCl3,
panaskan à merah, + asam encer à warna merah hilang
ü Reaksi Marquis:
§ Larutan
zat dalam H2SO4 (p) + larutan encer formalin à cincin warna (merah, coklat,
jingga, ungu, hijau, dll)
ü 50 mg zat + 100 mg asam tartrat + 10 tetes H2SO4 (p),
panaskan à merah tua
ü Reaksi Muhliman:
§ Zat +
beberapa tetes CHCl3 + 3 tetes air + KOH/NaOH padat, panaskan à merah
ü Dengan pereaksi Nessler (KI, HgCl + KOH):
§ Zat +
pereaksi à jingga kuning
ü Zat + aquabrom à kuning terang
ü Zat + FeCl3 + NaHCO3 à
violet biru
ü Zat + Ag amoniakal (NH4OH +
NaOH + AgNO3) à coklat
ü Zat + HNO3 encer à merah
jingga
ü Zat + HNO3 (p) à merah ungu
ü Zat + Ca(OH)2 à
kuning
ü Zat + AgNO3 à abu-abu
ü Zat + DAB-HCl à merah ungu
ü Larutan zat + Ag amoniak (NH4OH +
NaOH + AgNO3) à coklat
ü Zat + 100 mg asam tartat + 10 tetes H2SO4 à
merah tua
1. 3. Naphtol
α-Naphtol
a) Pemerian
ü BM
: 144,17
ü Titik leleh :
95-97oC
ü Organoleptis : hablur atau serbuk
hablur, tidak berwarna atau agak merah muda dan berbau khas
ü
Kelarutan : tidak larut dalam
air, larut dalam etanol, benzen, dan eter
b) Reaksi:
ü Reaksi warna azo:
Zat direaksikan dengan diazo A dan diazo B (4:1) à merah
ü Zat + FeCl3 à hijau à endapan violet
ü Zat + aquabrom à ungu dengan endapan putih
ü Zat dalam KOH/NaOH, fluoresensi à biru muda
ü Zat + KOH + CHCl3 à biru
ü Zat + aq. Iod + NaOH à violet keruh
ü Dengan reaksi Marquis:
Zat + H2SO4 (p) + larutan encer formalin à coklat
ü Zat + pereaksi Loco Milton à merah terang
β-Naphtol
a) Pemerian
ü
BM :
144,17
ü Titik leleh : 121-123oC
ü Organoleptis : serpihan atau serbuk hablur putih,
bau khas lemah, jika terpapar cahaya berubah warna
ü Kelarutan : sangat
sukar larut dalam air, larut dalam etanol, eter, kloroform, dan larutan alkali
b) Reaksi:
ü Reaksi warna azo:
Zat direaksikan dengan diazo A dan diazo B (4:1) à merah
ü Zat + FeCl3 à hijau à gumpalan putih
ü Zat + aquabrom à hijau kuning dengan gumpalan putih
ü Zat dalam KOH/NaOH, fluoresensi à ungu
ü Zat + KOH + CHCl3 à
biru
ü Zat + aq. Iod + NaOH à tidak berwarna
ü Dengan reaksi Marquis:
Zat + H2SO4 (p) + larutan encer formalin à hijau
ü Zat + pereaksi Loco Milton à kuning jingga
1. 4. Pyrogallol
a) Pemerian
ü Nama lain : 1,2,3-trihidroksibenzen
ü Pemerian : serbuk hablur putih
ü Kelarutan :
sangat mudah larut dalam air
ü Titik lebur :
132-134oC
b) Reaksi
ü Larutan zat + FeCl3 à
merah coklat, + NaHCO3 à biru
ü Larutan zat + NaOH à merah coklat
ü Larutan zat + aqua calcis à ungu à coklat
ü Dengan pereaksi Marquis:
Zat + H2SO4 (p)
+ larutan encer formalin à merah, panaskan kemudian diamkan à endapan merah tua
ü Larutan zat + Pb-asetat à rosa muda
ü Larutan zat + 1 tetes flurorogusin (50 mg dalam 25 ml
air), diamkan 30 menit à pink violet
ü Larutan zat + vanilin dalam H2SO4 à
merah rosa, panaskan à endapan merah prambors
ü Larutan zat + H2SO4 +
asam tartrat 10% à cincin ungu + air à coklat-kuning muda + NH4OH
berlebih à kuning hijau
ü Fluoresensi dalam NH4OH à
merah ungu
ü Larutan zat + aq brom à merah coklat
ü Larutan zat + Ag amoniak à hijau à hitam
1. 5. Kresol
a) Pemerian
ü
BM :
138,16
ü Pemerian : larutan jernih berwarna
kuning muda sampai coklat merah
ü Bau : fenol spesifik
ü Sifat pembiasan: tinggi
ü Sifat : netral atau agak asam terhadap lakmus
ü Kelarutan: agak sukar larut dalam air, membentuk larutan
keruh, larut dalam alkali hidroksida, dapat bercampur dengan etanol, eter, dan
gliserol
b) Reaksi
spesifik:
ü Zat + FeCl3 (suasana asam) à
biru-violet
- Orto
: ungu-biru keruh
- Meta
: ungu keruh
-
Para : biru keruh
ü Zat + aquabrom à endapan
-
Orto : endapan putih
-
Meta : endapan putih
-
Para : tidak ada endapan, kuning
ü o-kresol + asam pikrat à kristal jarum kuning jingga
ü reaksi Marquis:
Zat + H2SO4 (p)
+ larutan encer formalin à merah
Reaksi lain:
ü fenol dalam suasana basa à ion fenolat + FeCl3 à
kompleks biru
ü fenol + aquabrom à substitusi pada posisi orto dan para
terhadap gugus -OH
- posisi orto dan
para : endapan putih
- posisi
meta
: tidak terbentuk endapan (kuning)
-
1. 6. n-Phenylendiamin
a) Pemerian
ü titik didih : 252oC
ü titik lebur : 104oC
ü
pH
: 9,2
ü
kelarutan : sukar larut dalam
air
b) reaksi:
ü zat + H2O2 à senyawa quinoid hitam (basa Bandrowski) dapat
dipercepat dengan aldehid
ü 10 mg sampel + 2 tetes H2SO4 encer + 10 ml air + 1 tetes
K2Cr2O7 (1:1000) + 1 ml eter, kocok à eter berwarna biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar